Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels

Sebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebaga...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Khairil Azhar
Format: Article
Language:English
Published: Yayasan Sukma 2017-04-01
Series:Sukma: Jurnal Pendidikan
Subjects:
Online Access:https://jurnalsukma.org/index.php/sukma/article/view/4
id doaj-d9b0a30efe2d4499a5105ee40b4d3861
record_format Article
spelling doaj-d9b0a30efe2d4499a5105ee40b4d38612020-11-25T00:42:11ZengYayasan SukmaSukma: Jurnal Pendidikan2548-51052597-95902017-04-01119312910.32533/01104(2017)4Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School LevelsKhairil Azhar0Sekolah Sukma Bangsa Lhok Seumawe, AcehSebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebagai subyek yang memiliki atau mampu membangun agensi kemanusiaan. Agensi ini mengandaikan adanya kapasitas untuk berkehendak, mengekspresikan diri, dan evaluasi diri berdasarkan nilai-nilai kedirian yang mereka bangun. Berdasarkan kerangka teoritis di atas, penulis membedakan kecenderungan reseptif-reproduktif dan reflektif-transformatif dalam penyusunan kurikulum. Kecenderungan pertama memposisikan siswa sebagai subyek belajar pasif, yakni ‘sekadar’ menerima dan mereproduksi apa yang dipelajari atau diajarkan. Sedangkan yang kedua memberi ruang bagi sikap reflektif pada siswa sehingga menjadi alat bagi perubahan diri dan lingkungan sosialnya, yakni subyek belajar yang aktif dengan agensi kemanusiaan. Dalam berbagai dokumen yang terkait dengan kebijakan kurikulum di Indonesia saat ini, penulis menemukan kecenderungan untuk serba mengatur cenderung dominan, yakni dengan banyaknya ragam instrumen yang terkait dengan pengaturan kurikulum. Namun demikian, terdapat peluang bagi substansiasi kurikulum dengan konsepsi agensi kemanusiaan, yakni jika konsep-konsep yang selaras atau mendukung agensi kemanusiaan dalam berbagai dokumen kebijakan dielaborasi tersebut lebih jauh, sehingga konsep-konsep yang mengkondisikan materi kurikulum reflektif-transformatif menggantikan konsep-konsep yang berkecenderungan reseptif-reproduktif.https://jurnalsukma.org/index.php/sukma/article/view/4curriculumhuman agencysubjects of learningpassive recipientsagents of learning receptive-reproductivereflective-transformative
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Khairil Azhar
spellingShingle Khairil Azhar
Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels
Sukma: Jurnal Pendidikan
curriculum
human agency
subjects of learning
passive recipients
agents of learning receptive-reproductive
reflective-transformative
author_facet Khairil Azhar
author_sort Khairil Azhar
title Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels
title_short Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels
title_full Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels
title_fullStr Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels
title_full_unstemmed Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels
title_sort toward a human agency-based curriculum: a practical proposal at school levels
publisher Yayasan Sukma
series Sukma: Jurnal Pendidikan
issn 2548-5105
2597-9590
publishDate 2017-04-01
description Sebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebagai subyek yang memiliki atau mampu membangun agensi kemanusiaan. Agensi ini mengandaikan adanya kapasitas untuk berkehendak, mengekspresikan diri, dan evaluasi diri berdasarkan nilai-nilai kedirian yang mereka bangun. Berdasarkan kerangka teoritis di atas, penulis membedakan kecenderungan reseptif-reproduktif dan reflektif-transformatif dalam penyusunan kurikulum. Kecenderungan pertama memposisikan siswa sebagai subyek belajar pasif, yakni ‘sekadar’ menerima dan mereproduksi apa yang dipelajari atau diajarkan. Sedangkan yang kedua memberi ruang bagi sikap reflektif pada siswa sehingga menjadi alat bagi perubahan diri dan lingkungan sosialnya, yakni subyek belajar yang aktif dengan agensi kemanusiaan. Dalam berbagai dokumen yang terkait dengan kebijakan kurikulum di Indonesia saat ini, penulis menemukan kecenderungan untuk serba mengatur cenderung dominan, yakni dengan banyaknya ragam instrumen yang terkait dengan pengaturan kurikulum. Namun demikian, terdapat peluang bagi substansiasi kurikulum dengan konsepsi agensi kemanusiaan, yakni jika konsep-konsep yang selaras atau mendukung agensi kemanusiaan dalam berbagai dokumen kebijakan dielaborasi tersebut lebih jauh, sehingga konsep-konsep yang mengkondisikan materi kurikulum reflektif-transformatif menggantikan konsep-konsep yang berkecenderungan reseptif-reproduktif.
topic curriculum
human agency
subjects of learning
passive recipients
agents of learning receptive-reproductive
reflective-transformative
url https://jurnalsukma.org/index.php/sukma/article/view/4
work_keys_str_mv AT khairilazhar towardahumanagencybasedcurriculumapracticalproposalatschoollevels
_version_ 1725283372805128192