520 |
|
|
|a Goh Chee Kiong adalah salah seorang tokoh Muslim Tionghoa di Makassar. Nenek moyangnya berasal dari Hokkian, China Beliau tertarik kepada Islam berpunca dari rasa bimbang tentang bilangan tuhan yang banyak yang dia pelajari dari berbagai agama. Rasa bimbang tersebut membawanya memeluk agama Islam. Menurut Goh, konsep ketuhanan dalam Islam lebih mudah difahami oleh akal fikiran dan diyakini oleh hati nurani dibandingkan dengan konsep agama lain. Goh Chee Kiong memiliki nama Islam Sulaiman Gossalam dan hingga saat ini Goh bertugas sebagai pensyarah Fakulti Sains di Universitas Hasanuddin Makassar. Goh Chee Kiong memiliki minat yang tinggi dalam mempelajari Islam. Di samping belajar dari gurunya yang bernama Ustaz Jamain, Goh mendalami Islam secara autodidak. Ketika usia muda, Goh mengikuti perhimpunan Generasi Muda Tionghoa Islam (GMTI) Indonesia yang digagaskan oleh kawan-kawan seniornya. GMTI didirikan bagi menghimpun para pemuda Tionghoa Muslim di kota Makassar. Selain aktif di GMTI, Goh juga menubuhkan Forum Studi Dienul Islam di sekolah menengah tempat dia belajar. Goh juga mendalami Islam melalui kegiatan latihan yang dilaksanakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Pada tahun 1984, Goh terpilih sebagai Pengetua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Makassar. Ketika itu, jumlah warga Muslim Tionghoa di Makassar tidak kurang dari 300 orang. Goh risau dengan mualaf pada peringkat awal beliau memeluk Islam. Di samping diabaikan oleh ahli keluarganya, Goh lebih banyak berusaha sendiri mempelajari Islam karena sukarnya mendapat tempat belajar bagi para mualaf. Kesan yang paling serius dari kekurangan usaha pembangunan terhadap kaum mualaf adalah, kembalinya sejumlah kawan Goh yang telah memeluk Islam kepada agamanya yang terdahulu. Dari pengalaman tersebut, Goh berusaha untuk membantu meningkatkan perkhidmatan dan pembangunan terhadap mualaf, khususnya dalam kalangan kaum Tionghoa. Bersama kawan-kawannya, Goh membangunkan Masjid Muhammad Cheng Ho dan pondok pesantren di atas tanah seluas 3000 m2. Pembinaan pondok pesantren bertujuan memberi kesempatan yang sebesar-besarnya kepada para mualaf, khususnya dalam kalangan kaum Tionghoa, untuk mempelajari dan mempraktikkan Islam. Selain itu, di pondok pesantren juga akan diajar bahasa Tionghoa supaya mualaf dari kalangan Tionghoa lebih mudah bergaul dan dapat menghilangkan rasa malu bahkan rasa takut untuk berkomunikasi. Untuk membangun rasa persaudaraan dalam kalangan mualaf seluruh dunia, Goh juga mencadangkan supaya dibangunkan jaringan internasional yang dapat menghubungkan antar mualaf dari berbagai Negara.
|