Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam
Abstract This study attempts to answer questions about early childhood education. In what age range is a person called a child? What educational paradigm is relevant for children? How is the process of educating this early child appropriate according to Islam? The study used literature stud (libr...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Universitas Islam Bandung
2017-11-01
|
Series: | Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam |
Online Access: | https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/3195 |
id |
doaj-f67b362532174c0e99645323e62a2e81 |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-f67b362532174c0e99645323e62a2e812020-11-25T02:10:39ZindUniversitas Islam BandungTa'dib: Jurnal Pendidikan Islam1411-81732528-50922017-11-0162657410.29313/tjpi.v6i2.31952085Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif IslamFadlullah ,0Universitas Sultan Ageng TirtayasaAbstract This study attempts to answer questions about early childhood education. In what age range is a person called a child? What educational paradigm is relevant for children? How is the process of educating this early child appropriate according to Islam? The study used literature stud (library research) with content analysis approach. The Qur’an and hadith as the main source are treated as data and studied with the approach of psychology an education theory. Qura’anic themes on human development are aanayed thematically (maudhu’i). From the analysis of several verses of the Qur’an and hadith it an is found that the development of the child starches from birth to the age of puberty marked by ihtilam. In the tradition of Islamic law called Akil baligh. The first seven years of the child’s development are an early childhood. At the age range of 0-7 years in the hijriyah number, the child is in phase ahliatul wujub. Son of a king who is entitled to excellent education services and has not been burdened with legal obligations. The ultimate achievement of early childhood education is to become an independent individual. Becoming a mumayyiz who has the basic competence to run Allah’s taklif, in the form of worship and the provisions of Sharia norms, able to help oneself and others, dare to make decisions and be able to solve problems wisely, and proud to produce new works. This competence is implanted in the child through a tarbiyah process that emphasizes the actions of the rahmah to guide the child to be empowered with various life skills. On the other hand, the process of values culture is done through a ta’dib process that emphasizes the planting of discipline and orderly culture. Keywords : Early childhood, ahliyatul wujub, mumayyiz, tarbiyah, ta’dib. Abstrak Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tentang pendidikan anak usia dini. Pada rentang usia berapakah seseorang disebut anak? Apa paradigma pendidikan yang relevan untuk anak? Dengan cara bagaimanakah proses mendidik anak usia dini yang tepat menurut Islam? Penelitian menggunakan kajian kepustakaan (liberary research) dengan pendektan analisis isi. Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama diperlakukan sebagai data dan dikaji dengan pendekatan teori psikologi dan pendidikan. Term-term Al-Qur’an mengenai perkembangan manusia dianalisis secara tematik (maudhu’i). Dari hasil analisis terhadap sejumlah ayat Al-Qur’an dan keterangan hadits yang relevan ditemukan bahwa perkembangan anak merentang dari lahir hingga usia puberbas yang ditandai dengan ihtilam. Dalam tadisi hukum Islam disebut aqil baligh. Tujuh tahun pertama perkembangan anak itu disebut anak usia dini. Pada rentang perkembangan usia 0-7 tahun itu, anak ada pada fase ahliyatul wujub. Anak laksana raja yang berhak mendapatkan layanan pendidikan secara prima dan belum dibebani kewajiban hukum. Akhir capaian pendidikan anak usia dini adalah menjadi individu mandiri. Menjadi mumayyiz yang memiliki kompetensi dasar untuk menjalankan taklif Allah, berupa peribadatan dan ketentuan norma syariat; mampu menolong diri sendiri dan orang lain, berani mengambil keputusan dan sanggup memecahkan masalah secara bijaksana, serta bangga menghasilkan karya baru. Kompetensi ini ditanamkan kepada anak melalui proses tarbiyah yang menekankan pada tindakan rahmah membimbing anak menjadi berdaya dengan berbagai keterampilan hidup. Di sisi lain, proses pembudayaan nilai-nilai dilakukan melalui proses ta’dib yang menekankan pada penanaman sikap disiplin dan budaya tertib. Kata Kunci: Anak usia dini, ahliyatul wujub, mumayyiz, tarbiyah, ta’dib.https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/3195 |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Fadlullah , |
spellingShingle |
Fadlullah , Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam |
author_facet |
Fadlullah , |
author_sort |
Fadlullah , |
title |
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam |
title_short |
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam |
title_full |
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam |
title_fullStr |
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam |
title_full_unstemmed |
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam |
title_sort |
pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam |
publisher |
Universitas Islam Bandung |
series |
Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam |
issn |
1411-8173 2528-5092 |
publishDate |
2017-11-01 |
description |
Abstract
This study attempts to answer questions about early childhood education. In what age range is a person called a child? What educational paradigm is relevant for children? How is the process of educating this early child appropriate according to Islam? The study used literature stud (library research) with content analysis approach. The Qur’an and hadith as the main source are treated as data and studied with the approach of psychology an education theory. Qura’anic themes on human development are aanayed thematically (maudhu’i). From the analysis of several verses of the Qur’an and hadith it an is found that the development of the child starches from birth to the age of puberty marked by ihtilam. In the tradition of Islamic law called Akil baligh. The first seven years of the child’s development are an early childhood. At the age range of 0-7 years in the hijriyah number, the child is in phase ahliatul wujub. Son of a king who is entitled to excellent education services and has not been burdened with legal obligations. The ultimate achievement of early childhood education is to become an independent individual. Becoming a mumayyiz who has the basic competence to run Allah’s taklif, in the form of worship and the provisions of Sharia norms, able to help oneself and others, dare to make decisions and be able to solve problems wisely, and proud to produce new works. This competence is implanted in the child through a tarbiyah process that emphasizes the actions of the rahmah to guide the child to be empowered with various life skills. On the other hand, the process of values culture is done through a ta’dib process that emphasizes the planting of discipline and orderly culture.
Keywords : Early childhood, ahliyatul wujub, mumayyiz, tarbiyah, ta’dib.
Abstrak
Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tentang pendidikan anak usia dini. Pada rentang usia berapakah seseorang disebut anak? Apa paradigma pendidikan yang relevan untuk anak? Dengan cara bagaimanakah proses mendidik anak usia dini yang tepat menurut Islam? Penelitian menggunakan kajian kepustakaan (liberary research) dengan pendektan analisis isi. Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama diperlakukan sebagai data dan dikaji dengan pendekatan teori psikologi dan pendidikan. Term-term Al-Qur’an mengenai perkembangan manusia dianalisis secara tematik (maudhu’i). Dari hasil analisis terhadap sejumlah ayat Al-Qur’an dan keterangan hadits yang relevan ditemukan bahwa perkembangan anak merentang dari lahir hingga usia puberbas yang ditandai dengan ihtilam. Dalam tadisi hukum Islam disebut aqil baligh. Tujuh tahun pertama perkembangan anak itu disebut anak usia dini. Pada rentang perkembangan usia 0-7 tahun itu, anak ada pada fase ahliyatul wujub. Anak laksana raja yang berhak mendapatkan layanan pendidikan secara prima dan belum dibebani kewajiban hukum. Akhir capaian pendidikan anak usia dini adalah menjadi individu mandiri. Menjadi mumayyiz yang memiliki kompetensi dasar untuk menjalankan taklif Allah, berupa peribadatan dan ketentuan norma syariat; mampu menolong diri sendiri dan orang lain, berani mengambil keputusan dan sanggup memecahkan masalah secara bijaksana, serta bangga menghasilkan karya baru. Kompetensi ini ditanamkan kepada anak melalui proses tarbiyah yang menekankan pada tindakan rahmah membimbing anak menjadi berdaya dengan berbagai keterampilan hidup. Di sisi lain, proses pembudayaan nilai-nilai dilakukan melalui proses ta’dib yang menekankan pada penanaman sikap disiplin dan budaya tertib.
Kata Kunci: Anak usia dini, ahliyatul wujub, mumayyiz, tarbiyah, ta’dib. |
url |
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/3195 |
work_keys_str_mv |
AT fadlullah pendidikananakusiadinidalamperspektifislam |
_version_ |
1724918463857688576 |