THE MEDIA’S PARADOX TOWARDS DEMOCRACY A Case of the Clash Between Media Indonesia and Vivanews in Munas Golkar 2009

Abstrak Persaingan antara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh dalam menduduki kursi ketua umum Golkar tidak hanya terjadi di internal partai Golkar saja. Lebih dari itu, persaingan ini dibawa ke hadapan public dengan terlibatnya Media Indonesia Grup yang dimiliki oleh Paloh dan Vivanews yang dimiliki ol...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: HERNAWAN BAGASKORO HERNAWAN BAGASKORO
Format: Article
Language:English
Published: Master of Political Science Program, Department of Politics and Governance, Faculty of Social and Political Science, Diponegoro University, 2013-05-01
Series:Politika: Jurnal Ilmu Politik
Online Access:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/view/4875
Description
Summary:Abstrak Persaingan antara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh dalam menduduki kursi ketua umum Golkar tidak hanya terjadi di internal partai Golkar saja. Lebih dari itu, persaingan ini dibawa ke hadapan public dengan terlibatnya Media Indonesia Grup yang dimiliki oleh Paloh dan Vivanews yang dimiliki oleh Bakrie. Kedua perusahaan media tersebut berlomba-lomba untuk mencuri perhatian publik untuk mengkampanyekan pemiliknya. Hal ini menyebabkan media yang seharusnya netral, non-partisan dan independen hanya menjadi alat dari kekuasaan, tak ubahnya seperti peran militer di masa lalu. Oleh karena itulah, kehadiran media yang dianggap sebagai pilar keempat demokrasi patut untuk dipertanyakan. Semakin besarnya kekuatan yang dimiliki oleh media menjadi sebuah paradoks dari nilai-nilai demokrasi itu sendiri, dimana semakin kuat suatu media maka ia dapat dengan mudah dijadikan alat oleh pemiliknya untuk mengebiri nilai-nilai demokrasi yang melahirkannya. Dalam Munas Golkar yamg telah selesai digelar tersebut, publik benar-benar dicekoki dengan segala macam pemberitaan tentang persaingan dalam munas walaupun hal itu bukanlah sesuatu yang urgent atau berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan mereka. Keywords: paradox, public sphere, media, ownership.
ISSN:2086-7344
2502-776X