TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies

Abstract: This paper aims to discuss the methodology of interpretation criticism in the qur'anic studies discourse. As new plots in the Qur'an studies, the interpretation criticism  has not been much sought after by Qur’anic scholars. As a consequence, in methodological discourse has not y...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: MK. Ridwan
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang 2017-09-01
Series:Jurnal Theologia
Subjects:
Online Access:http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/1418
id doaj-ed6a9662db3f4ac4a604553d5f3f062d
record_format Article
spelling doaj-ed6a9662db3f4ac4a604553d5f3f062d2020-11-25T00:03:37ZindUniversitas Islam Negeri (UIN) Walisongo SemarangJurnal Theologia0853-38572540-847X2017-09-01281557410.21580/teo.2017.28.1.14181380TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic StudiesMK. Ridwan0Institut Agama Islam Negeri SalatigaAbstract: This paper aims to discuss the methodology of interpretation criticism in the qur'anic studies discourse. As new plots in the Qur'an studies, the interpretation criticism  has not been much sought after by Qur’anic scholars. As a consequence, in methodological discourse has not yet found a definite method can be used to criticize an interpretation. As for the thought-provoking critique of the interpretation for this still are sporadic and likely are political-ideological. For that, it needs special attention in developing area studies the Quran towards the study criticism of interpretation. Finally, this paper gives the conclusion that, in the discourse of criticism the methodological framework needed interpretation, as a step towards the operational interpretation of criticism. So, the criticism was done not nuanced political-ideological, but able to uphold the values of objectivity, comprehensiveness, scientific and systematic. There are at least four operational steps in carrying out work interpretation of criticism of the region of ontology, epistemology, and axiology i.e; Firstly, the critic must understand the substance of exegesis are an interpretation as process and interpretation as a product. Secondly, understand the construction of criticism interpretation, namely the construction of the historicity of the critique, the base of criticism, the purpose of criticism, as well as the principles and parameters of criticism. Thirdly, start working with two regions exegesis critique work i.e; intrinsic and extrinsic criticism. Fourthly, give the evaluation and assessment of the object of study of criticism that is good and decent, or perverted and unworthy of being used. Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan metodologi kritik tafsir dalam diskursus wacana Qur’anic Studies. Sebagai wilayah garapan baru dalam studi al-Qur’an, kritik tafsir belum banyak diminati oleh kalangan sarjana al-Qur’an. Akibatnya, dalam wacana metodologis belum banyak ditemukan metodebaku yang dapat digunakan untuk mengkritisi sebuah tafsir. Adapun pemikiran kritik tafsir selama ini masih bersifat sporadis dan cenderung bersifat politis-ideologis. Untuk itulah dibutuhkan perhatian khusus dalam mengembangkan wilayah studi al-Qur’an ke arah studi kritik tafsir. Akhirnya, tulisan ini memberi­kan kesimpulan bahwa, dalam diskursus kritisisme penafsiran, dibutuhkan kerangka metodologis sebagai langkah operasional kritik tafsir. Sehingga, kritik yang dilakukan tidak bernuansa politis-ideologis, namun mampu menge­depan­kan nilai-nilai objektivitas, komprehensivitas, ilmiah dan sistematis. Setidaknya terdapat empat langkah operasional dalam melaksanakan kerja kritik tafsir yang bermuara pada wilayah ontologis, epistemologis, dan aksiologis yaitu; Pertama, kritikus harus terlebih dahulu memahami hakikat tafsir yakni tafsir sebagai proses (interpretation as process) dan tafsir sebagai produk (interpretation as product). Kedua, memahami konstruksi kritik tafsir, yaitu historisitas kritik, landasan kritik, tujuan kritik, serta prinsip dan parameter kritik. Ketiga, memulai kerja kritik tafsir dengan dua wilayah kerja yaitu; kritik intrinsik dan kritik ekstrinsik. Keempat, memberikan evaluasi dan penilaian terhadap objek kajian kritik yaitu, baik (maḥmūd) dan layak pakai (maqbūl), atau menyeleweng (munḥarif) dan tidak layak digunakan (mardūd).http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/1418metodologikritik tafsirstudi al-Qur’an
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author MK. Ridwan
spellingShingle MK. Ridwan
TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies
Jurnal Theologia
metodologi
kritik tafsir
studi al-Qur’an
author_facet MK. Ridwan
author_sort MK. Ridwan
title TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies
title_short TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies
title_full TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies
title_fullStr TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies
title_full_unstemmed TRADISI KRITIK TAFSIR: Diskursus Kritisisme Penafsiran dalam Wacana Qur’anic Studies
title_sort tradisi kritik tafsir: diskursus kritisisme penafsiran dalam wacana qur’anic studies
publisher Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang
series Jurnal Theologia
issn 0853-3857
2540-847X
publishDate 2017-09-01
description Abstract: This paper aims to discuss the methodology of interpretation criticism in the qur'anic studies discourse. As new plots in the Qur'an studies, the interpretation criticism  has not been much sought after by Qur’anic scholars. As a consequence, in methodological discourse has not yet found a definite method can be used to criticize an interpretation. As for the thought-provoking critique of the interpretation for this still are sporadic and likely are political-ideological. For that, it needs special attention in developing area studies the Quran towards the study criticism of interpretation. Finally, this paper gives the conclusion that, in the discourse of criticism the methodological framework needed interpretation, as a step towards the operational interpretation of criticism. So, the criticism was done not nuanced political-ideological, but able to uphold the values of objectivity, comprehensiveness, scientific and systematic. There are at least four operational steps in carrying out work interpretation of criticism of the region of ontology, epistemology, and axiology i.e; Firstly, the critic must understand the substance of exegesis are an interpretation as process and interpretation as a product. Secondly, understand the construction of criticism interpretation, namely the construction of the historicity of the critique, the base of criticism, the purpose of criticism, as well as the principles and parameters of criticism. Thirdly, start working with two regions exegesis critique work i.e; intrinsic and extrinsic criticism. Fourthly, give the evaluation and assessment of the object of study of criticism that is good and decent, or perverted and unworthy of being used. Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan metodologi kritik tafsir dalam diskursus wacana Qur’anic Studies. Sebagai wilayah garapan baru dalam studi al-Qur’an, kritik tafsir belum banyak diminati oleh kalangan sarjana al-Qur’an. Akibatnya, dalam wacana metodologis belum banyak ditemukan metodebaku yang dapat digunakan untuk mengkritisi sebuah tafsir. Adapun pemikiran kritik tafsir selama ini masih bersifat sporadis dan cenderung bersifat politis-ideologis. Untuk itulah dibutuhkan perhatian khusus dalam mengembangkan wilayah studi al-Qur’an ke arah studi kritik tafsir. Akhirnya, tulisan ini memberi­kan kesimpulan bahwa, dalam diskursus kritisisme penafsiran, dibutuhkan kerangka metodologis sebagai langkah operasional kritik tafsir. Sehingga, kritik yang dilakukan tidak bernuansa politis-ideologis, namun mampu menge­depan­kan nilai-nilai objektivitas, komprehensivitas, ilmiah dan sistematis. Setidaknya terdapat empat langkah operasional dalam melaksanakan kerja kritik tafsir yang bermuara pada wilayah ontologis, epistemologis, dan aksiologis yaitu; Pertama, kritikus harus terlebih dahulu memahami hakikat tafsir yakni tafsir sebagai proses (interpretation as process) dan tafsir sebagai produk (interpretation as product). Kedua, memahami konstruksi kritik tafsir, yaitu historisitas kritik, landasan kritik, tujuan kritik, serta prinsip dan parameter kritik. Ketiga, memulai kerja kritik tafsir dengan dua wilayah kerja yaitu; kritik intrinsik dan kritik ekstrinsik. Keempat, memberikan evaluasi dan penilaian terhadap objek kajian kritik yaitu, baik (maḥmūd) dan layak pakai (maqbūl), atau menyeleweng (munḥarif) dan tidak layak digunakan (mardūd).
topic metodologi
kritik tafsir
studi al-Qur’an
url http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/1418
work_keys_str_mv AT mkridwan tradisikritiktafsirdiskursuskritisismepenafsirandalamwacanaquranicstudies
_version_ 1725432980930822144