Summary: | Robert Buckminster Fuller, a well known researcher, creates many inventions about the dome. With his geodesic dome, R.B. Fuller can skip over the barrier which last in the 19th century, by the Pantheon dome, designs by Caesar Hadrian in the year 123 AD. The concept, basic thought of the geodesic dome, is Icosahedron, invented by a phylosoof Plato 427 - 348 BC, and the great Circle, invented by Euclid 323 - 285 BC., The most famous mathematician of the world. Planar icosahedron became a spherical icosahedron devided into some partition, called frequency that create a straight bar. If the whole 20 spherical icosaface devided in the same way, the result is a frame structure, skelleton, that consist of straight elemen, or a straight bar. This paper will try to solve the frame structure from the side of two dimensional points of view. Abstract in Bahasa Indonesia : Robert Buckminster Fuller adalah pemerhati dan peneliti ulung kubah. Banyak inovasi yang dihasilkannya, salah satunya yang terkenal adalah kubah geodesik. Dengan kubah geodesik ini, R.B. Fuller dapat melampaui batas, barrier, yang bertahan selama pertengahan abad ke-19, yang dipegang oleh kubah Pantheon, hasil karya kaisar Hadrian pada tahun 123 M. Konsep dasar yang dipakai pada kubah geodesik adalah Icosahedron yang ditemukan oleh Plato 427-348 SM, seorang filosof dan lingkaran besar temuan dari Euclid 323-285 SM seorang ahli matematika. Icosahedron planar dijadikan icosahedron spherik. Dengan kemahirannya icosahedron spherik ini dibagi dalam beberapa bagian, yang dinamakannya frekuensi hingga membentuk tembereng. Jika ke 20 icosaface spherik ini diberlakukan dengan pembagian yang sama, maka akan terdapat suatu rangkaian kerangka batang, yang terdiri dari elemen batang lurus. Dalam tulisan ini ingin dicoba membahas kerangka batang ini dengan pendekatan 2 dimensional. Kata kunci: icosahedron planar, icosavertex spherik, bentuk 2 dimensi, frekuensi.
|