Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya

<p>Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki daya tarik yang luar biasa dalam proses urbanisasi, yang secara tidak langsung telah menanamkan benih-benih keragaman di kota ini. Warga kota Surabaya adalah penduduk yang egaliter dan terbuka. Selain penduduk asli yang biasa diseb...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Muhammad Afdillah
Format: Article
Language:Arabic
Published: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016-03-01
Series:Religió: Jurnal Studi Agama-agama
Subjects:
Online Access:http://religio.uinsby.ac.id/index.php/religio/article/view/60
id doaj-ddf2ec8400204d7b9439eaa21dc94f72
record_format Article
spelling doaj-ddf2ec8400204d7b9439eaa21dc94f722020-11-25T00:47:25ZaraUniversitas Islam Negeri Sunan Ampel SurabayaReligió: Jurnal Studi Agama-agama2088-63302503-37782016-03-012151Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in SurabayaMuhammad Afdillah0Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya<p>Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki daya tarik yang luar biasa dalam proses urbanisasi, yang secara tidak langsung telah menanamkan benih-benih keragaman di kota ini. Warga kota Surabaya adalah penduduk yang egaliter dan terbuka. Selain penduduk asli yang biasa disebut <em>arek soerabaya</em>, ada juga penduduk pendatang yang berasal dari Madura, Arab, Cina, Ambon, Bugis, dan Melayu. Kelompok-kelompok ini hidup berdampingan secara damai di Surabaya. Artikel ini berangkat dari riset yang penulis lakukan melalui wawancara dengan penduduk lokal, kaum migran, politisi dan intelektual. Riset tersebut bermuara pada pertanyaan bagaimana para pendatang bisa bertahan hidup di Surabaya dalam nuansa keragaman dan keberagaman; serta bagaimana mereka melihat program-program pemerintah seputar multikulturalisme. Dengan merujuk pada konsep <em>multicultural citizenship</em> dari Kymlicka, artikel ini menunjukkan bahwa meski terkesan “damai,” terdapat resistensi antara penduduk lokal dan migran khususnya yang berkaitan dengan politik dan ekonomi. Sebagian kelompok mayoritas, penduduk lokal termarjinalkan dalam urusan politik dan ekonomi akibat kalah bersaing dengan penduduk migran yang ada di Surabaya. Hal ini semakin diperparah dengan program festival multikulturalisme pemerintah Surabaya yang terkesan seremonial tahunan tanpa melibatkan penduduk lokal.</p>http://religio.uinsby.ac.id/index.php/religio/article/view/60Multikulturalisme, Kewargaan, Surabaya, Migran
collection DOAJ
language Arabic
format Article
sources DOAJ
author Muhammad Afdillah
spellingShingle Muhammad Afdillah
Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya
Religió: Jurnal Studi Agama-agama
Multikulturalisme, Kewargaan, Surabaya, Migran
author_facet Muhammad Afdillah
author_sort Muhammad Afdillah
title Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya
title_short Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya
title_full Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya
title_fullStr Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya
title_full_unstemmed Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya
title_sort contextualizing kymlicka’s multicultural citizenship in surabaya
publisher Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
series Religió: Jurnal Studi Agama-agama
issn 2088-6330
2503-3778
publishDate 2016-03-01
description <p>Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki daya tarik yang luar biasa dalam proses urbanisasi, yang secara tidak langsung telah menanamkan benih-benih keragaman di kota ini. Warga kota Surabaya adalah penduduk yang egaliter dan terbuka. Selain penduduk asli yang biasa disebut <em>arek soerabaya</em>, ada juga penduduk pendatang yang berasal dari Madura, Arab, Cina, Ambon, Bugis, dan Melayu. Kelompok-kelompok ini hidup berdampingan secara damai di Surabaya. Artikel ini berangkat dari riset yang penulis lakukan melalui wawancara dengan penduduk lokal, kaum migran, politisi dan intelektual. Riset tersebut bermuara pada pertanyaan bagaimana para pendatang bisa bertahan hidup di Surabaya dalam nuansa keragaman dan keberagaman; serta bagaimana mereka melihat program-program pemerintah seputar multikulturalisme. Dengan merujuk pada konsep <em>multicultural citizenship</em> dari Kymlicka, artikel ini menunjukkan bahwa meski terkesan “damai,” terdapat resistensi antara penduduk lokal dan migran khususnya yang berkaitan dengan politik dan ekonomi. Sebagian kelompok mayoritas, penduduk lokal termarjinalkan dalam urusan politik dan ekonomi akibat kalah bersaing dengan penduduk migran yang ada di Surabaya. Hal ini semakin diperparah dengan program festival multikulturalisme pemerintah Surabaya yang terkesan seremonial tahunan tanpa melibatkan penduduk lokal.</p>
topic Multikulturalisme, Kewargaan, Surabaya, Migran
url http://religio.uinsby.ac.id/index.php/religio/article/view/60
work_keys_str_mv AT muhammadafdillah contextualizingkymlickasmulticulturalcitizenshipinsurabaya
_version_ 1725260069819383808