PROSPEK PEMANFAATAN LIMBAH PERIKANAN SEBAGAI SUMBER KOLAGEN
Pengolahan hasil perikanan seperti pengalengan dan filet ikan biasanya memiliki produk samping berupa kepala, sirip, tulang, sisik maupun kulit ikan dalam jumlah yang melimpah. Limbah perikanan tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi kolagen yang bernilai ekonomis tinggi. Kolagen terdapat pada...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2009-12-01
|
Series: | Squalen |
Subjects: | |
Online Access: | http://bbp4b.litbang.kkp.go.id/squalen-bulletin/index.php/squalen/article/view/157 |
Summary: | Pengolahan hasil perikanan seperti pengalengan dan filet ikan biasanya memiliki produk samping berupa kepala, sirip, tulang, sisik maupun kulit ikan dalam jumlah yang melimpah. Limbah perikanan tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi kolagen yang bernilai ekonomis tinggi. Kolagen terdapat pada jaringan ikat dalam kulit, tendon, tulang keras, dan tulang rawan. Pelarutan protein non kolagen, mineral maupun lemak diperlukan untuk memudahkan proses ekstraksi kolagen. Umumnya proses ekstraksi kolagen dilakukan dalam suasana asam. Namun, penggunaan pepsin pada proses ekstraksi ternyata diketahui dapat meningkatkan rendemen kolagen yang diperoleh. Karakteristik kolagen dapat dilihat dari kelarutan, viskositas, suhu denaturasi, dan kandungan asam amino yang diperoleh. Saat ini, penggunaan kolagen pada industri telah meluas, khususnya pada bidang medis, pangan, dan kosmetik. Menurut data statistik, diperkirakan bahwa limbah perikanan sebesar 1,81 juta ton pertahun dihasilkan oleh perikanan tangkap. Jika rendemen kolagen berkisar antara 11–63% maka diperkirakan dapat dihasilkan kolagen dalam jumlah yang besar, yaitu sekitar 0,20–1,14 juta ton. Hal ini menunjukkan bahwa limbah perikanan dapat menjadi sumber kolagen yang potensial. |
---|---|
ISSN: | 2089-5690 2406-9272 |