ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN

Kegiatan pengolahan gondorukem dan terpentin dapat menciptakau nilai tambah, membuka kesempatan kerja dan mengembaugkan kegiatan ekonomi lain yang terkait. Hal ini mendoroug dilakukanuya analisis sosial ekonomi pekerja produksi, kemitraan antara Perhutani dengan Pabrik Gondorukem dan Terpentiu (PGT)...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Setiasih Irawanti, Hendro Prahasto, Dwi Astuti
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Forest Product Research and Development Center 2017-08-01
Series:Jurnal Penelitian Hasil Hutan (Journal of Forest Products Research)
Subjects:
Online Access:http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHH/article/view/3787
id doaj-c8634cf7cda4488fbc35ea3ff65e0a3c
record_format Article
spelling doaj-c8634cf7cda4488fbc35ea3ff65e0a3c2020-11-25T02:01:41ZindForest Product Research and Development CenterJurnal Penelitian Hasil Hutan (Journal of Forest Products Research)0216-43292442-89572017-08-01151294010.20886/jphh.1997.15.1.29-402779ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTINSetiasih Irawanti0Hendro Prahasto1Dwi Astuti2Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanPusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanPusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanKegiatan pengolahan gondorukem dan terpentin dapat menciptakau nilai tambah, membuka kesempatan kerja dan mengembaugkan kegiatan ekonomi lain yang terkait. Hal ini mendoroug dilakukanuya analisis sosial ekonomi pekerja produksi, kemitraan antara Perhutani dengan Pabrik Gondorukem dan Terpentiu (PGT) Swasta dan nilai tambah yang dihasilkan oleh PGT Perhutani dan PGT Swasta. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam Kerjasama Peugolahan (KSP) antara Perhutani dau PGT Swasta, pemilik getah pinus, gondorukem dan terpentin adalah Perhutani dan kemitraan ini membatasi PGT Swasta untuk menghasilkan kelas kualita gondorukem setinggi- tingginya. Sebagai akibatuya, kesinambungan usaha PGT Swasta tergantung pada kemampuannya untuk melakukan proses produksi yang efisien dan PGT Swasta cenderuug menekan biaya produksi dengan cara menekan upah pekerja. Pekerja produksi PGT Swasta memiliki beberapa peudapatan dalam bentuk tunai yaitu uang pengikat, upah borongan memasak getah, premi, uang makan dan THR serta pendapatan dalam bentuk natura berupa pakaian. Fungsi uang pengikat seperti upah pokok pekerja, namun dasar penentuannya tidak mengacu pada ketentuan Upah Minimum Regional (UMR), di mana uang pengikat sekitar Rp 22.500 - 35.000 per bulan lebih kecil dari upah pokok menurut ketentuan UMR yaitu Rp 50.625 per bulan. PGT Swasta rata- rata hanya bekerja 18 hari per bulan, sehingga meskipun upah pekerja produksi relatif tinggi yaitu sekitar Rp 5.300 - 7.000 per hari namun jumlah upah per bulan relatif rendah yaitu sekitar Rp 53.000 - 120.000 per bulan. Jumlah seluruh pendapatan keluarga juga relatif rendah yaitu sekitar Rp 92.700 - 210.000 per bulan atau lebih kecil dari KFM sehingga kehidupan keluarga pekerja produksi PGT Swasta belum layak. Proses pengolahan gondorukem dan terpentin dapat meningkatkan nilainya sekitar 23,9 -34,1% per ton getah pinus yang diolah, di mana PGT Perhutani Jawa Tengah menciptakan rata-raia nilai tambali tertinggi.http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHH/article/view/3787nilai tambahkemitraangondorukemterpentinsosial ekonomi
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author Setiasih Irawanti
Hendro Prahasto
Dwi Astuti
spellingShingle Setiasih Irawanti
Hendro Prahasto
Dwi Astuti
ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN
Jurnal Penelitian Hasil Hutan (Journal of Forest Products Research)
nilai tambah
kemitraan
gondorukem
terpentin
sosial ekonomi
author_facet Setiasih Irawanti
Hendro Prahasto
Dwi Astuti
author_sort Setiasih Irawanti
title ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN
title_short ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN
title_full ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN
title_fullStr ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN
title_full_unstemmed ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN
title_sort analisis sosial ekonomi pengolahan gondorukem dan terpentin
publisher Forest Product Research and Development Center
series Jurnal Penelitian Hasil Hutan (Journal of Forest Products Research)
issn 0216-4329
2442-8957
publishDate 2017-08-01
description Kegiatan pengolahan gondorukem dan terpentin dapat menciptakau nilai tambah, membuka kesempatan kerja dan mengembaugkan kegiatan ekonomi lain yang terkait. Hal ini mendoroug dilakukanuya analisis sosial ekonomi pekerja produksi, kemitraan antara Perhutani dengan Pabrik Gondorukem dan Terpentiu (PGT) Swasta dan nilai tambah yang dihasilkan oleh PGT Perhutani dan PGT Swasta. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam Kerjasama Peugolahan (KSP) antara Perhutani dau PGT Swasta, pemilik getah pinus, gondorukem dan terpentin adalah Perhutani dan kemitraan ini membatasi PGT Swasta untuk menghasilkan kelas kualita gondorukem setinggi- tingginya. Sebagai akibatuya, kesinambungan usaha PGT Swasta tergantung pada kemampuannya untuk melakukan proses produksi yang efisien dan PGT Swasta cenderuug menekan biaya produksi dengan cara menekan upah pekerja. Pekerja produksi PGT Swasta memiliki beberapa peudapatan dalam bentuk tunai yaitu uang pengikat, upah borongan memasak getah, premi, uang makan dan THR serta pendapatan dalam bentuk natura berupa pakaian. Fungsi uang pengikat seperti upah pokok pekerja, namun dasar penentuannya tidak mengacu pada ketentuan Upah Minimum Regional (UMR), di mana uang pengikat sekitar Rp 22.500 - 35.000 per bulan lebih kecil dari upah pokok menurut ketentuan UMR yaitu Rp 50.625 per bulan. PGT Swasta rata- rata hanya bekerja 18 hari per bulan, sehingga meskipun upah pekerja produksi relatif tinggi yaitu sekitar Rp 5.300 - 7.000 per hari namun jumlah upah per bulan relatif rendah yaitu sekitar Rp 53.000 - 120.000 per bulan. Jumlah seluruh pendapatan keluarga juga relatif rendah yaitu sekitar Rp 92.700 - 210.000 per bulan atau lebih kecil dari KFM sehingga kehidupan keluarga pekerja produksi PGT Swasta belum layak. Proses pengolahan gondorukem dan terpentin dapat meningkatkan nilainya sekitar 23,9 -34,1% per ton getah pinus yang diolah, di mana PGT Perhutani Jawa Tengah menciptakan rata-raia nilai tambali tertinggi.
topic nilai tambah
kemitraan
gondorukem
terpentin
sosial ekonomi
url http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHH/article/view/3787
work_keys_str_mv AT setiasihirawanti analisissosialekonomipengolahangondorukemdanterpentin
AT hendroprahasto analisissosialekonomipengolahangondorukemdanterpentin
AT dwiastuti analisissosialekonomipengolahangondorukemdanterpentin
_version_ 1724956574279008256