WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI

<p>Wayang beber Pacitan is considered as one of the unique traditional heritage because it is not found in other places. The uniqueness of wayang beber Pacitan can be seen from its shape, function, and meaning. Wayang beber is considered sacred by its community, particularly the relatives of t...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Warto Warto
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Negeri Semarang 2012-01-01
Series:Paramita: Historical Studies Journal
Online Access:http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/2914
id doaj-c1f0d0de8af44fb293338674c8419960
record_format Article
spelling doaj-c1f0d0de8af44fb293338674c84199602020-11-24T22:52:38ZengUniversitas Negeri SemarangParamita: Historical Studies Journal0854-00392407-58252012-01-0122110.15294/paramita.v22i1.29142668WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASIWarto Warto0Jurusan Sejarah, Universitas Sebelas Maret, Surakarta<p>Wayang beber Pacitan is considered as one of the unique traditional heritage because it is not found in other places. The uniqueness of wayang beber Pacitan can be seen from its shape, function, and meaning. Wayang beber is considered sacred by its community, particularly the relatives of the dalang (puppeter) of wayang beber who lives in Dusun Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo. However, in its development the existence of the traditional arts is threathened because of the influence of modern cultural values. The efforts to revitalize wayang beber has been undertaken by the local government and other related stakeholders. However, the effort to revitalize wayang beber is not yet successful because there are still constraints, both internal and external. The former view of wayang beber as well as the pressure of modern culture has constrained the revitalization of wayang beber. Similarly, transforming wayang beber from community art to tourist art is another constraint.</p> <p>Key words: cultural identity, revitalization, tourism, wayang beber.</p><p>Wayang beber Pacitan termasuk salah satu warisan seni tradisi yang langka dan unik karena tidak ditemukan di tempat lain. Kelangkaan dan keunikan wayang beber Pacitan dapat dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung di dalamnya. Kesenian ini sangat disakralkan oleh pendukungnya khususnya keluarga dalang Wayang beber yang tinggal di Dusun Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo.  Namun kesenian tradisi ini terancam punah karena terdesak oleh nilai-nilai budaya modern. Usaha revitalisasi wayang beber telah dilakukan walaupun belum optimal karena beberapa hambatan. Pandangan lama atas wayang beber dan desakan budaya modern menghambat revitalisasi wayang beber. Demikian pula mentransformasikan Wayang beber dari seni sakral (community art) menjadi seni hiburan (tourist art) menjadi hambatan lain yang belum sepenuhnya teratasi. Oleh karena itu, revitalisasi wayang beber harus dimulai dengan kebijakan yang tepat, komitmen pemimpin daerah, dukungan masyarakat dan swasta, serta dilakukan secara sinergis antarpara pihak yang peduli terhadap wayang beber.</p> <p>Kata Kunci: wayang beber, revitalisasi, identitas</p> <p> </p>http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/2914
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Warto Warto
spellingShingle Warto Warto
WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI
Paramita: Historical Studies Journal
author_facet Warto Warto
author_sort Warto Warto
title WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI
title_short WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI
title_full WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI
title_fullStr WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI
title_full_unstemmed WAYANG BEBER PACITAN: FUNGSI, MAKNA, DAN USAHA REVITALISASI
title_sort wayang beber pacitan: fungsi, makna, dan usaha revitalisasi
publisher Universitas Negeri Semarang
series Paramita: Historical Studies Journal
issn 0854-0039
2407-5825
publishDate 2012-01-01
description <p>Wayang beber Pacitan is considered as one of the unique traditional heritage because it is not found in other places. The uniqueness of wayang beber Pacitan can be seen from its shape, function, and meaning. Wayang beber is considered sacred by its community, particularly the relatives of the dalang (puppeter) of wayang beber who lives in Dusun Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo. However, in its development the existence of the traditional arts is threathened because of the influence of modern cultural values. The efforts to revitalize wayang beber has been undertaken by the local government and other related stakeholders. However, the effort to revitalize wayang beber is not yet successful because there are still constraints, both internal and external. The former view of wayang beber as well as the pressure of modern culture has constrained the revitalization of wayang beber. Similarly, transforming wayang beber from community art to tourist art is another constraint.</p> <p>Key words: cultural identity, revitalization, tourism, wayang beber.</p><p>Wayang beber Pacitan termasuk salah satu warisan seni tradisi yang langka dan unik karena tidak ditemukan di tempat lain. Kelangkaan dan keunikan wayang beber Pacitan dapat dilihat dari bentuk, fungsi, dan makna yang terkandung di dalamnya. Kesenian ini sangat disakralkan oleh pendukungnya khususnya keluarga dalang Wayang beber yang tinggal di Dusun Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo.  Namun kesenian tradisi ini terancam punah karena terdesak oleh nilai-nilai budaya modern. Usaha revitalisasi wayang beber telah dilakukan walaupun belum optimal karena beberapa hambatan. Pandangan lama atas wayang beber dan desakan budaya modern menghambat revitalisasi wayang beber. Demikian pula mentransformasikan Wayang beber dari seni sakral (community art) menjadi seni hiburan (tourist art) menjadi hambatan lain yang belum sepenuhnya teratasi. Oleh karena itu, revitalisasi wayang beber harus dimulai dengan kebijakan yang tepat, komitmen pemimpin daerah, dukungan masyarakat dan swasta, serta dilakukan secara sinergis antarpara pihak yang peduli terhadap wayang beber.</p> <p>Kata Kunci: wayang beber, revitalisasi, identitas</p> <p> </p>
url http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/2914
work_keys_str_mv AT wartowarto wayangbeberpacitanfungsimaknadanusaharevitalisasi
_version_ 1725665342408097792