DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN NS1 ANTIGEN UNTUK DETEKSI DINI INFEKSI AKUT VIRUS DENGUE
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus dengue merupakan virus RNA yang termasuk ke dalam famili flaviviridae , genus flavivirus dan ada 4 serotipe yang berbeda yaitu DEN1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat serotipe terdapat di Ind...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Muhammadiyah Malang
2012-08-01
|
Series: | Saintika Medika |
Online Access: | http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1013 |
Summary: | Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus dengue
merupakan virus RNA yang termasuk ke dalam famili flaviviridae , genus flavivirus dan ada 4 serotipe yang berbeda yaitu DEN1, DEN
2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat serotipe terdapat di Indonesi a dengan dominasi DEN 3 dan DEN 2. Dengue ini merupakan
penyakit arbovirus endemik yang saat ini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, baik yang terletak di dae rah tropik maupun su btropik.
WHO memperkirakan sekitar 50-100 juta ka sus infeksi virus dengue terjadi setiap tahun, menghasilkan 250.000-500.000 kasus
demam berdarah dengue dan 24.000 kematian setiap tah unnya. Virus dengue ini dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyp ti
dan Aedes albopictus sebagai vektornya dengan masa inkubasi ra ta-rata 4-6 hari. Infeksi virus dangue dapat menyebabkan manifestasi
kilinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik sampai manifestasi klinis yang berat yang mengakibatka n kematian. Demam dengue atau
dengue fever merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedangkan DBD/DHF dan Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan
manifestasi klinis yang berat.
Berbagai teori yang menjelaskan patogenesis DBD dan DSS banyak bermunculan dan saling kontroversi. Pada saat ini teori yang banyak
dianut adalah teori Antibody Dependent Enhancement (ADE). Menurut teori ini, infeksi sekunder yang disebabkan oleh virus dengue
dengan serotipe yang berbeda dengan infeksi primer akan menimbul kan antibodi heterologous yang dibentuk pada infeksi pertama namun
tidak bisa mengeliminasi virus dengue pada infeksi sekunder (bersifat subnetralisasi) bahkan antibodi tersebut bersifat opsonis asi sehingga sel
target menjadi lebih mudah di infeksi oleh virus dan menyebabkan manifestasi klinis yang lebih berat.
Saat ini telah tersedia berbagai teknik pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi virus dengue yaitu pemeriksaan kultur dan isolasi virus, RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction), serologi (anti dengue lgG dan lgM) dan juga pemeriksaan hematologi rutin.
Kultur virus atau PCR saat ini dianggap sebagai gold standard untuk mendeteksi virus dengue, namun memiliki keterbatasan dalam hal
biaya dan teknis pengerjaannya. Pemeriksaan serologi anti dengue lgG dan lgM yang dike rjakan secara rutin di laboratorium juga memiliki
ketrbatasan yaitu tidak dapat mendeteksi infeksi dengan lebih aw al. Saat ini telah dikembangkan suatu pemeriksaan baru terhadap
antigen non struktural-1 dengue (NS1) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue dengan lebih awal bahkan pada hari pertama ons et
demam. |
---|---|
ISSN: | 0216-759X 2614-476X |