PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI

Fokus kajian ini mengeksplorasi landasan epistemologis psikologi agama sebagai disiplin ilmu. Apakah psikologi agama memenuhi kualifikasi ontologis, epistemologi dan aksiologis. Bagaimana disiplin psikologi agama jika dikaji melalui epistemologi bayani, burhani dan irfani yang berkembang dalam khaza...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Maghfur Ahmad
Format: Article
Language:English
Published: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan 2013-05-01
Series:Jurnal Penelitian
Subjects:
Online Access:http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/220
id doaj-9ec72d1de192438b9aeef4e074c39240
record_format Article
spelling doaj-9ec72d1de192438b9aeef4e074c392402020-11-24T20:55:20ZengSekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) PekalonganJurnal Penelitian1829-99032541-69442013-05-0161194PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANIMaghfur AhmadFokus kajian ini mengeksplorasi landasan epistemologis psikologi agama sebagai disiplin ilmu. Apakah psikologi agama memenuhi kualifikasi ontologis, epistemologi dan aksiologis. Bagaimana disiplin psikologi agama jika dikaji melalui epistemologi bayani, burhani dan irfani yang berkembang dalam khazanah keislaman. Hasil riset pustaka ini menunjukkan bahwa psikologi agama yang mempelajari manusia dengan penyingkap rentang kehidupan manusia dari pranatal (sebelum lahir) hingga pascakematian, baik fisik maupun metafisik (nonfisik) tidak cukup jika sumber pengetahuan yang digunakan hanya dari indra yang beroperasi pada wilayah empiris. Psikologi agama membutuhkan intuisi sebagai landasan dan sumber ilmu, selain indra dan akal. Ketiga sumber ilmu tersebut sangat dibutuhkan karena, mempelajari manusia dalam perspektif agama, tidak bisa dilepaskan dari elemen-elemen dan subtansi manusia, termasuk siapa pencipta manusia. Disiplin ini membutuhkan integrasi sumber, pengalaman dan metode yang mengabungkan dengan kekuatan indra, akal dan intuisi, sebab itu, ia mengenal metode ilmiah dalam tiga bentuk, metode observasi (tajribi), metode logis atau demonstratif (burhani); dan metode intuitif (irfani), yang masing-masing bersumber pada indra, akal, dan hati.http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/220Psikologi agama, epistemologi, observasi, intuisi
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Maghfur Ahmad
spellingShingle Maghfur Ahmad
PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI
Jurnal Penelitian
Psikologi agama, epistemologi, observasi, intuisi
author_facet Maghfur Ahmad
author_sort Maghfur Ahmad
title PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI
title_short PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI
title_full PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI
title_fullStr PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI
title_full_unstemmed PSIKOLOGI AGAMA DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI
title_sort psikologi agama dalam perspektif epistemologi bayani, burhani dan irfani
publisher Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan
series Jurnal Penelitian
issn 1829-9903
2541-6944
publishDate 2013-05-01
description Fokus kajian ini mengeksplorasi landasan epistemologis psikologi agama sebagai disiplin ilmu. Apakah psikologi agama memenuhi kualifikasi ontologis, epistemologi dan aksiologis. Bagaimana disiplin psikologi agama jika dikaji melalui epistemologi bayani, burhani dan irfani yang berkembang dalam khazanah keislaman. Hasil riset pustaka ini menunjukkan bahwa psikologi agama yang mempelajari manusia dengan penyingkap rentang kehidupan manusia dari pranatal (sebelum lahir) hingga pascakematian, baik fisik maupun metafisik (nonfisik) tidak cukup jika sumber pengetahuan yang digunakan hanya dari indra yang beroperasi pada wilayah empiris. Psikologi agama membutuhkan intuisi sebagai landasan dan sumber ilmu, selain indra dan akal. Ketiga sumber ilmu tersebut sangat dibutuhkan karena, mempelajari manusia dalam perspektif agama, tidak bisa dilepaskan dari elemen-elemen dan subtansi manusia, termasuk siapa pencipta manusia. Disiplin ini membutuhkan integrasi sumber, pengalaman dan metode yang mengabungkan dengan kekuatan indra, akal dan intuisi, sebab itu, ia mengenal metode ilmiah dalam tiga bentuk, metode observasi (tajribi), metode logis atau demonstratif (burhani); dan metode intuitif (irfani), yang masing-masing bersumber pada indra, akal, dan hati.
topic Psikologi agama, epistemologi, observasi, intuisi
url http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian/article/view/220
work_keys_str_mv AT maghfurahmad psikologiagamadalamperspektifepistemologibayaniburhanidanirfani
_version_ 1716791836493742080