TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA

<p><em>This article is aimed to investigate face threathening acts and face saving acts demonstrated by Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama as the candidates of DKI Jakarta governor during the debate held in April 2017. Face threatening act and face saving act are analyzed because...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Saiko Rudi Kasenda
Format: Article
Language:English
Published: Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah X 2018-10-01
Series:Jurnal KATA: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Subjects:
Online Access:http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/kata/article/view/3377
id doaj-9e948db2f49840d39e69153122d9d2e2
record_format Article
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Saiko Rudi Kasenda
spellingShingle Saiko Rudi Kasenda
TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA
Jurnal KATA: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
threat
debate
politeness
face
author_facet Saiko Rudi Kasenda
author_sort Saiko Rudi Kasenda
title TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA
title_short TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA
title_full TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA
title_fullStr TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA
title_full_unstemmed TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMA
title_sort tindak pengancaman dan penyelamatan wajah anies baswedan dan basuki “ahok” tjahaja purnama
publisher Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah X
series Jurnal KATA: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
issn 2502-0706
publishDate 2018-10-01
description <p><em>This article is aimed to investigate face threathening acts and face saving acts demonstrated by Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama as the candidates of DKI Jakarta governor during the debate held in April 2017. Face threatening act and face saving act are analyzed because they are able to show not only their positive image but also the negatve one in front of not only to each candidate but also to the audience watching the debate. Politeness theory from Brown and Levinson (1987.) are employed to analyze both candidates’ face threatening acts and saving acts since this theory provides detailed descriptions of a large range of strategies that can be used to deeply understand both face threatening acts and face saving act performed by the candidates. The context surrounding the debate becomes a crucial point to analyze how politeness strategy is applied to show face thratening act and face saving act. Through qualitative method, this study found that 1) Bald on-record is the strategy used by the candidates to show face threatening and they are intended to show contradictions, to disagree, to insult, to interrupt, to speak out-of-topic, to challenge, and to exaggerate. 2) Both candidates use positive and negative strategies to show face saving act intended to show contradictions, to assert common ground, to show agreement, to joke, to apologize, and to avoid disagreement. 3) The face threatening act and saving acts can be considered as the efforts to defend their argumentations and to preserve their positive faces, 4.) The use of the word “kita” and passive voice can be seen as markers in both candidates’ utterances to minimize the imposed face threatening act and to signal solidarity to each candidate and to audience, 5) While Anies is revealed to be the one who more frequently uses face threatening act, Basuki is the candidate who uses face saving act more often during the debate. The study is expected to enrich the study in the field of pragmatics focusing on the use of politeness strategy. </em></p><p> </p><p>Artikel ini bertujuan untuk menginvestigasi tindak pengancaman muka wajah dan tindak penyelamatan wajah yang ditunjukkan oleh Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama pada Debat Pilkada gubernur provinsi DKI Jakarta 2017.<strong> </strong>Tindak pengancaman wajah dan penyelamatan wajah diteliti pada makalah ini karena dapat merepresentasikan citra positif maupun citra negatif kandidat pilkada Gubernur DKI tidak hanya dihadapan masing-masing kandidat tetapi juga kepada masyarakat umum yang menyaksikan. Teori kesantunan dari Brown dan Levinson digunakan untuk menganalisis tindak pengancaman muka dan tindak penyelamatan muka kedua kandidat karena teori ini memiliki penjelasan yang komprehensif tentang berbagai strategi yang dapat dipergunakan untuk memahami secara mendalam bagaimana tindak pengancaman dan penyelamatan wajah ditunjukkan oleh kedua kandidiat. Konteks topik debat yang diangkat dipahami untuk dapat menganalisis tindak pengancaman dan penyelamatan wajah oleh Anies dan Basuki.  Melalui metode kualitatif, studi ini menemukan bahwa 1) Bald on-record adalah strategi yang sering digunakan untuk menunjukkan tindak pengancaman muka dan ditujukan untuk menyatakan kontradiksi, menyatakan ketidaksetujuan, menyinggung, menginterupsi, berbicara di luar topik pembicaraan, menantang kandidat lain, dan memberikan pernyataan yang berlebihan. 2) Tindak penyelamatan muka dilakukan dengan strategi kesantunan positif dan negatif seperti menyatakan kontradiksi, menegaskan common ground, memberikan persetujuan, membuat lelucon, meminta maaf, dan menghindari ketidaksetujuan. 3) Tindak pengancaman muka dan penyelamatan muka dapat dianggap sebagai cara untuk mempertahankan argumentasi kedua kandidat dan untuk melindungi wajah positif masing-masing.4) Penggunaan kata “kita” dan kalimat pasif dimaksudkan untuk meminmalisiri ancaman sekaligus sebagai sinya solidaritas.5) Anies ditunjukkan sebagai kandidat yang lebih sering menggunakan tindak pengancaman muka, sedangkan Basuki adalah kandidat yang lebih sering menunjukkan penyelamatan muka selama debat berlangsung. Studi ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman di bidang pragmatik khususnya tentang penggunaan strategi kesantunan</p>
topic threat
debate
politeness
face
url http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/kata/article/view/3377
work_keys_str_mv AT saikorudikasenda tindakpengancamandanpenyelamatanwajahaniesbaswedandanbasukiahoktjahajapurnama
_version_ 1724575400330264576
spelling doaj-9e948db2f49840d39e69153122d9d2e22020-11-25T03:30:28ZengLembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XJurnal KATA: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra2502-07062018-10-012235637010.22216/jk.v2i2.3377729TINDAK PENGANCAMAN DAN PENYELAMATAN WAJAH ANIES BASWEDAN DAN BASUKI “AHOK” TJAHAJA PURNAMASaiko Rudi Kasenda0Universitas Airlangga<p><em>This article is aimed to investigate face threathening acts and face saving acts demonstrated by Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama as the candidates of DKI Jakarta governor during the debate held in April 2017. Face threatening act and face saving act are analyzed because they are able to show not only their positive image but also the negatve one in front of not only to each candidate but also to the audience watching the debate. Politeness theory from Brown and Levinson (1987.) are employed to analyze both candidates’ face threatening acts and saving acts since this theory provides detailed descriptions of a large range of strategies that can be used to deeply understand both face threatening acts and face saving act performed by the candidates. The context surrounding the debate becomes a crucial point to analyze how politeness strategy is applied to show face thratening act and face saving act. Through qualitative method, this study found that 1) Bald on-record is the strategy used by the candidates to show face threatening and they are intended to show contradictions, to disagree, to insult, to interrupt, to speak out-of-topic, to challenge, and to exaggerate. 2) Both candidates use positive and negative strategies to show face saving act intended to show contradictions, to assert common ground, to show agreement, to joke, to apologize, and to avoid disagreement. 3) The face threatening act and saving acts can be considered as the efforts to defend their argumentations and to preserve their positive faces, 4.) The use of the word “kita” and passive voice can be seen as markers in both candidates’ utterances to minimize the imposed face threatening act and to signal solidarity to each candidate and to audience, 5) While Anies is revealed to be the one who more frequently uses face threatening act, Basuki is the candidate who uses face saving act more often during the debate. The study is expected to enrich the study in the field of pragmatics focusing on the use of politeness strategy. </em></p><p> </p><p>Artikel ini bertujuan untuk menginvestigasi tindak pengancaman muka wajah dan tindak penyelamatan wajah yang ditunjukkan oleh Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama pada Debat Pilkada gubernur provinsi DKI Jakarta 2017.<strong> </strong>Tindak pengancaman wajah dan penyelamatan wajah diteliti pada makalah ini karena dapat merepresentasikan citra positif maupun citra negatif kandidat pilkada Gubernur DKI tidak hanya dihadapan masing-masing kandidat tetapi juga kepada masyarakat umum yang menyaksikan. Teori kesantunan dari Brown dan Levinson digunakan untuk menganalisis tindak pengancaman muka dan tindak penyelamatan muka kedua kandidat karena teori ini memiliki penjelasan yang komprehensif tentang berbagai strategi yang dapat dipergunakan untuk memahami secara mendalam bagaimana tindak pengancaman dan penyelamatan wajah ditunjukkan oleh kedua kandidiat. Konteks topik debat yang diangkat dipahami untuk dapat menganalisis tindak pengancaman dan penyelamatan wajah oleh Anies dan Basuki.  Melalui metode kualitatif, studi ini menemukan bahwa 1) Bald on-record adalah strategi yang sering digunakan untuk menunjukkan tindak pengancaman muka dan ditujukan untuk menyatakan kontradiksi, menyatakan ketidaksetujuan, menyinggung, menginterupsi, berbicara di luar topik pembicaraan, menantang kandidat lain, dan memberikan pernyataan yang berlebihan. 2) Tindak penyelamatan muka dilakukan dengan strategi kesantunan positif dan negatif seperti menyatakan kontradiksi, menegaskan common ground, memberikan persetujuan, membuat lelucon, meminta maaf, dan menghindari ketidaksetujuan. 3) Tindak pengancaman muka dan penyelamatan muka dapat dianggap sebagai cara untuk mempertahankan argumentasi kedua kandidat dan untuk melindungi wajah positif masing-masing.4) Penggunaan kata “kita” dan kalimat pasif dimaksudkan untuk meminmalisiri ancaman sekaligus sebagai sinya solidaritas.5) Anies ditunjukkan sebagai kandidat yang lebih sering menggunakan tindak pengancaman muka, sedangkan Basuki adalah kandidat yang lebih sering menunjukkan penyelamatan muka selama debat berlangsung. Studi ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman di bidang pragmatik khususnya tentang penggunaan strategi kesantunan</p>http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/kata/article/view/3377threatdebatepolitenessface