MUSHAF 2.0 DAN STUDI AL-QUR’AN DI ERA “MUSLIM TANPA MASJID”
<p><strong>Abstrak:</strong> Sejak memasuki milenium baru, otoritas keagamaan (Islam) baru mulai berkompetisi dengan otoritas keagamaan konvensional. Ruang seperti masjid atau pesantren, mulai tergantikan dengan media-media sosial baru. Fenomena ini melahirkan sebuah generasi “Musl...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Arabic |
Published: |
State Islamic University of North Sumatra
2019-02-01
|
Series: | Miqot: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman |
Online Access: | http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/502 |
Summary: | <p><strong>Abstrak:</strong> Sejak memasuki milenium baru, otoritas keagamaan (Islam) baru mulai berkompetisi dengan otoritas keagamaan konvensional. Ruang seperti masjid atau pesantren, mulai tergantikan dengan media-media sosial baru. Fenomena ini melahirkan sebuah generasi “Muslim Tanpa Masjid”. Tulisan ini merupakan sebuah pengantar analisis kemunculan mushaf-mushaf baru al-Qur’an. Bagaimana visualisasi mushaf yang terdapat dalam Qur’an for Women, E-Pen Reading Qur’an, I Love Qur’an, Pocket Qur’an for Mobile Phone, dan Digital Qur’an? Bagaimana pengaruh kelahiran ekspresi bentuk mushaf baru tersebut dalam studi Qur’an di Indonesia? Tulisan ini berargumen bahwa mushaf-mushaf tersebut mengekspresikan interaktivitas dalam beragama. Kajian tentang mushaf-mushaf baru al-Qur’an juga menantang studi al-Qur’an untuk mengkaji ranah-ranah baru otoritas agama dengan berbagai media barunya.</p><p><br /><strong>Abstract:</strong> Mushaf 2.0 and the Study of al-Qur’an in the Era of “Muslim without Mosque”. Following the new millennium, new religious (Islamic) authority has creatively participated in the process of shifting the space of conventional religious authority. Such religious spaces as mosque or pesantren have gradually begun to compete with the new social media of religion. This phenomenon has simultaneously triggered the rise of new generation called Muslim Tanpa Masjid (Muslim without Mosque). This article is a preliminary effort of analyzing the birth of new mushaf al-Qur’an. How these mushaf (Qur’an for Women, E-Pen Reading Qur’an, I Love Qur’an, and Pocket Qur’an for Mobile Phone, and Digital Qur’an) visualize the new expression of religiousty? How does the rise of these mushaf give impact on the Qur’anic studies in Indonesia? This article argues that these mushaf have spontaneously offered the interactivity of reading. This finding has challenged the old style of studying Qur’an in Indonesia to explore the new avenues of contending new religious authorities.</p><p><br /><strong>Kata Kunci:</strong> studi al-Qur’an, mushaf 2.0, Muslim tanpa Masjid, living Qur’an</p> |
---|---|
ISSN: | 0852-0720 2502-3616 |