MENGENAL PARASIT FILARIA
<p>Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan karena infeksi cacing filaria yang hidup disaluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis. Filariasis mulai dikenal di Indonesia tahun 1889 sejak Haga dan Van Eecke menemukan kasus pembesaran...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
2012-11-01
|
Series: | Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara |
Online Access: | http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/2401 |
id |
doaj-924bb692d8d74e11969a5e347fea349f |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-924bb692d8d74e11969a5e347fea349f2020-11-24T21:04:21ZindBalai Litbang P2B2 BanjarnegaraBalaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara1858-08822338-99822012-11-01002409MENGENAL PARASIT FILARIATri Ramadhani0Staf Loka Litbang P2B2 Banjarnegara<p>Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan karena infeksi cacing filaria yang hidup disaluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis. Filariasis mulai dikenal di Indonesia tahun 1889 sejak Haga dan Van Eecke menemukan kasus pembesaran scrotum di Jakarta. Penyakit tersebut dapat menular kepada orang lain dengan perantara gigitan nyamuk. Seluruh wilayah Indonesia berpotensi untuk terjangkitnya penyakit tersebut, hal ini mengingat cacing sebagai penyebabnya dan nyamuk penularnya tersebar luas. Keadaan ini didukung oleh kerusakan lingkungan, seperti banjir, penebangan hutan dan lainnya yang memperluas tempat berkembangbiaknya nyamuk. Meskipun filariasis tidak mematikan secara langsung, dengan adanya demam dan bisul-bisul (abses) yang hilang timbul, dan gejala menahun berupa pembesaran/elefantiasis yang merupakan cacat menetap akan sangat mengganggu. Secara ekonomis keadaan tersebut sangat merugikan, karena mengurangi produktivitas masyarakat, serta diperlukan biaya pengobatan dan perawatan yang tidak mudah dan tidak murah.</p><p>Di Indonesia filariasis limfatik di sebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu <em>Brugia malayi</em>,<em>B.timori</em> dan <em>Wuchereria bancrofti</em>, yang terbagi lagi menjadi 6 tipe secara epidemiologi.</p><p>Tiap parasit mempunyai siklus hidup yang kompleks dan infeksi pada manusia tidak akan berhasil kecuali jika terjadi pemaparan larva infektif untuk waktu yang lama. Setelah terjadi pemaparan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum timbulnya perubahan patologis yang nyata pada manusia. Periodisitas dalam sirkulasi setiap mikrofilaria akan berbeda, tergantung dari spesiesnya.</p>http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/2401 |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Tri Ramadhani |
spellingShingle |
Tri Ramadhani MENGENAL PARASIT FILARIA Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara |
author_facet |
Tri Ramadhani |
author_sort |
Tri Ramadhani |
title |
MENGENAL PARASIT FILARIA |
title_short |
MENGENAL PARASIT FILARIA |
title_full |
MENGENAL PARASIT FILARIA |
title_fullStr |
MENGENAL PARASIT FILARIA |
title_full_unstemmed |
MENGENAL PARASIT FILARIA |
title_sort |
mengenal parasit filaria |
publisher |
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara |
series |
Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara |
issn |
1858-0882 2338-9982 |
publishDate |
2012-11-01 |
description |
<p>Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan karena infeksi cacing filaria yang hidup disaluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis. Filariasis mulai dikenal di Indonesia tahun 1889 sejak Haga dan Van Eecke menemukan kasus pembesaran scrotum di Jakarta. Penyakit tersebut dapat menular kepada orang lain dengan perantara gigitan nyamuk. Seluruh wilayah Indonesia berpotensi untuk terjangkitnya penyakit tersebut, hal ini mengingat cacing sebagai penyebabnya dan nyamuk penularnya tersebar luas. Keadaan ini didukung oleh kerusakan lingkungan, seperti banjir, penebangan hutan dan lainnya yang memperluas tempat berkembangbiaknya nyamuk. Meskipun filariasis tidak mematikan secara langsung, dengan adanya demam dan bisul-bisul (abses) yang hilang timbul, dan gejala menahun berupa pembesaran/elefantiasis yang merupakan cacat menetap akan sangat mengganggu. Secara ekonomis keadaan tersebut sangat merugikan, karena mengurangi produktivitas masyarakat, serta diperlukan biaya pengobatan dan perawatan yang tidak mudah dan tidak murah.</p><p>Di Indonesia filariasis limfatik di sebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu <em>Brugia malayi</em>,<em>B.timori</em> dan <em>Wuchereria bancrofti</em>, yang terbagi lagi menjadi 6 tipe secara epidemiologi.</p><p>Tiap parasit mempunyai siklus hidup yang kompleks dan infeksi pada manusia tidak akan berhasil kecuali jika terjadi pemaparan larva infektif untuk waktu yang lama. Setelah terjadi pemaparan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum timbulnya perubahan patologis yang nyata pada manusia. Periodisitas dalam sirkulasi setiap mikrofilaria akan berbeda, tergantung dari spesiesnya.</p> |
url |
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/2401 |
work_keys_str_mv |
AT triramadhani mengenalparasitfilaria |
_version_ |
1716771471024455680 |