Summary: | Pura sebagai tempat suci agama Hindu di Bali yang diwariskan oleh para leluhur perlu dilestarikan keberadaanya. Pura sebagai sarana pemujaan Tuhan memiliki dimensi yang amat luas, didalamnya terkandung berbagai macam kekuatan alam yang dapat mengahantarkan kita menuju keselamatan
dan kebahagiaan dalam hidup ini. Pura yang memiliki umur tua akibat pengaruh waktu, sudah tentu mengalami kerusakan. Dalam kondisi yang demikian, umat berkewajiban untuk melakukan perbaikan. Pembangunan yang dilaksanakan sebaiknya tetap mempertahankan fungsi aslinya untuk kelestariannya. Pemugaran yang dilakukan oleh umat pendanaannya didukung dari bantuan Pemkab Badung maupun urunan umat serta sumbangan dari para donatur. Permasalahan utama umat adalah keterbatasan ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan pura. Hal lain yang mendesak dibutuhan umat adalah ketersediaan lampu penerangan dan air bersih. Tujuan kegiatan
pengabdian ini adalah tersedianya lampu penerangan dan air bersih di pura untuk menunjang aktivitas di pura. Upacara agama pada hakikatnya tidak semata-mata berdimensi agama saja, tetapi juga berdimensi sosial, seni budaya, ekonomi, manajemen dan yang lainnya. Melalui upacara agama ditumbuhkan juga pembinaan etika dan estetika. Upacara agama merupakan motivator yang sangat potensial untuk melestarikan atau menumbuhkembangkan seni budaya, baik yang sakral maupun yang profan. Bahkan upacara agama merupakan salah satu daya tarik pariwisata dan dapat
menunjang kehidupan manusia. Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai
keseimbangan dan harmonisasi, tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud. Kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung akan meningkat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi yang
dihasilkan oleh perkembangan pariwisata.
|