CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA)
<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Campur kode yang digunakan dalam suatu wacana politik adalah sikap perilaku seseorang dalam memengaruhi publik agar simpati terhadap pesan yang disampaikannya. Hal ini wajar karena sebagai masyarakat yang dwibah...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Sekolah Tinggi Hukum Bandung
2015-12-01
|
Series: | Jurnal Wawasan Yuridika |
Online Access: | http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy/article/view/69 |
id |
doaj-8a93551ea3b746e19c5af32a222cb71b |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-8a93551ea3b746e19c5af32a222cb71b2020-11-25T01:58:53ZindSekolah Tinggi Hukum BandungJurnal Wawasan Yuridika2549-06642549-07532015-12-0129286888210.25072/jwy.v29i2.6951CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA)Lilis Hartini<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Campur kode yang digunakan dalam suatu wacana politik adalah sikap perilaku seseorang dalam memengaruhi publik agar simpati terhadap pesan yang disampaikannya. Hal ini wajar karena sebagai masyarakat yang dwibahasa Indonesia mempunyai keragaman pilihan bahasa. Campur kode yang digunakan ketika Pilkada dijadikan sarana efektif politisi dalam komunikasi lintas bahasa.</p><p>Kesalahan pilihan bahasa dapat menimbulkan berbagai masalah sosial dan individu. Dalam penelitian ini, masalah yang terjadi karena pesan yang disampaikan terkesan memaksakan kehendak, sehingga masyarakat penerima bahasa menjadi tidak simpati, bahkan tidak senang dengan bahasa yang dikemukakan politisi ketika berkampanye.</p><p>Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik, yaitu salah satu cara meneliti pilihan bahasa, berupa campur kode yang dilakukan oleh partisipan. Pendekatan sosiolinguistik ini bertujuan untuk menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pemberi pesan, dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain. Dengan menggunakan bahasa tutur dan campur kode, peneliti kaji konsep tersebut dengan cara menganalisis dari sudut pandang tertentu. Pendekatan sosiolinguistik menguji secara sosiologis pilihan bahasa yang digunakan partisipan sesuai dengan kebutuhan yang didekati.</p><p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa campur kode merupakan pilihan bahasa yang cukup efektif dalam komunikasi lintas budaya. Pilihan bahasa ini sering dilakukan partisipan dalam Pilkada. Ada baiknya jika pilihan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis, dalam berkampanye politisi harus mengetahui sistem budaya daerah yang dijadikan tempat berkampanye.</p><p> <strong>Kata Kunci:</strong> sosiolinguistik, campur kode, simbol kekuasaan</p>http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy/article/view/69 |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Lilis Hartini |
spellingShingle |
Lilis Hartini CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA) Jurnal Wawasan Yuridika |
author_facet |
Lilis Hartini |
author_sort |
Lilis Hartini |
title |
CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA) |
title_short |
CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA) |
title_full |
CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA) |
title_fullStr |
CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA) |
title_full_unstemmed |
CAMPUR CODE SEBAGAI SIMBOL KEKUASAAN DALAM PILKADA KABUPATEN BANDUNG (TINJAUAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA) |
title_sort |
campur code sebagai simbol kekuasaan dalam pilkada kabupaten bandung (tinjauan komunikasi lintas budaya) |
publisher |
Sekolah Tinggi Hukum Bandung |
series |
Jurnal Wawasan Yuridika |
issn |
2549-0664 2549-0753 |
publishDate |
2015-12-01 |
description |
<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Campur kode yang digunakan dalam suatu wacana politik adalah sikap perilaku seseorang dalam memengaruhi publik agar simpati terhadap pesan yang disampaikannya. Hal ini wajar karena sebagai masyarakat yang dwibahasa Indonesia mempunyai keragaman pilihan bahasa. Campur kode yang digunakan ketika Pilkada dijadikan sarana efektif politisi dalam komunikasi lintas bahasa.</p><p>Kesalahan pilihan bahasa dapat menimbulkan berbagai masalah sosial dan individu. Dalam penelitian ini, masalah yang terjadi karena pesan yang disampaikan terkesan memaksakan kehendak, sehingga masyarakat penerima bahasa menjadi tidak simpati, bahkan tidak senang dengan bahasa yang dikemukakan politisi ketika berkampanye.</p><p>Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik, yaitu salah satu cara meneliti pilihan bahasa, berupa campur kode yang dilakukan oleh partisipan. Pendekatan sosiolinguistik ini bertujuan untuk menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pemberi pesan, dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain. Dengan menggunakan bahasa tutur dan campur kode, peneliti kaji konsep tersebut dengan cara menganalisis dari sudut pandang tertentu. Pendekatan sosiolinguistik menguji secara sosiologis pilihan bahasa yang digunakan partisipan sesuai dengan kebutuhan yang didekati.</p><p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa campur kode merupakan pilihan bahasa yang cukup efektif dalam komunikasi lintas budaya. Pilihan bahasa ini sering dilakukan partisipan dalam Pilkada. Ada baiknya jika pilihan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis, dalam berkampanye politisi harus mengetahui sistem budaya daerah yang dijadikan tempat berkampanye.</p><p> <strong>Kata Kunci:</strong> sosiolinguistik, campur kode, simbol kekuasaan</p> |
url |
http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy/article/view/69 |
work_keys_str_mv |
AT lilishartini campurcodesebagaisimbolkekuasaandalampilkadakabupatenbandungtinjauankomunikasilintasbudaya |
_version_ |
1724967490416541696 |