The aphrodisiac effect and toxicity of combination Piper retrofractum L, Centella asiatica, and Curcuma domestica infusion
<p><strong><em>Abstrak </em></strong></p><p><em><strong>Latar belakang</strong>: Cabe jawa (Piper retrofractum L) merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan pada tubuh. Dari penelitian pendahuluan diketahui bahwa dal...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2012-09-01
|
Series: | Health Science Journal of Indonesia |
Subjects: | |
Online Access: | http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/HSJI/article/view/421 |
Summary: | <p><strong><em>Abstrak </em></strong></p><p><em><strong>Latar belakang</strong>: Cabe jawa (Piper retrofractum L) merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan pada tubuh. Dari penelitian pendahuluan diketahui bahwa dalam bentuk infusa, LD50 nya rendah dan termasuk bahan yang tidak toksik. Infusa pada tikus putih dengan dosis 2,1 mg/10 gram berat badan mempunyai efek androgenik dan anabolik. Alkaloid utama dalam buah cabe jawa yang diduga merupakan senyawa aktif berkhasiat afrodisiaka adalah piperin. Pegagan (Centella asiatica) dan temulawak (Curcuma domestica) berfungsi sebagai bahan tambahan pendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dan efek afrodisiaka infus ramuan buah cabe jawa, pegagan, dan temulawak pada tikus jantan. </em></p><p><em><strong>Metode</strong>: Parameter efek afrodisiaka dilihat dari frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan dibandingkan kontrol serta kadar hormon testosteron sebelum dan sesudah perlakuan. Toksisitas subkronik ditentukan dari kadar SGOT, SGPT, ureum, dan kreatinin sebelum dan sesudah pemberian infusa ramuan selama 3 bulan.</em></p><p><em><strong>Hasil</strong>: Terdapat perbedaan yang signifi kan parameter frekuensi climbing dan coitus antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi infusa ramuan (P=0,032). Sementara pemberian infusa ramuan Piper retrofractum L., Centella asiatica, dan Curcuma domestica tidak menyebabkan perbedaan yang signifi kan kadar hormon testosteron tikus jantan sebelum dan sesudah perlakuan. Pemberian infusa ramuan dosis tinggi (5000 mg/200g BB) menyebabkan perubahan yang signifi kan kadar SGOT, SGPT dan ureum tikus kelompok perlakuan.</em></p><p><em><strong>Kesimpulan</strong>: Infusa ramuan cabe jawa, pegagan, dan temulawak memiliki efek afrodisiaka pada libido tikus jantan galur SD dan pemberian ramuan dosis 5000mg/200g BB tikus setiap hari selama 3 bulan berturut-turut menyebabkan peningkatan yang signifi kan kadar SGOT, SGPT, dan ureum tikus. (Health Science Indones 2012;1:19-22) </em></p><p><em>Kata kunci: afrodisiaka, toksisitas, Piper retrofractum L</em></p><p><strong>Abstract</strong><br /><strong>Introduction</strong>: Piper retrofractum L is a plant that acts as a stimulant on the body. A preliminary study showed that administration of infusion of 2.1 mg/10 g body weight had androgenic and anabolic effects in white mice. Piperine is the main alkaloid suspected to have an aphrodisiac effect. Centella asiatica and Curcuma domestica are the excipients. The objective of this research was to determine the toxicity and the aphrodisiac effect of a combination infusion of Piper retrofractum L, Centella asiatica and Curcuma domestica on Sprague-Dawley strain male rats.</p><p><strong>Methods</strong>: Parameters for aphrodisiac effect were the frequency of introduction, climbing, and coitus of male rats. The concentration of pre and post-treatment of male rat testosterone hormone was determined using rat testosterone ELISA kit. Sub-chronic toxicity was determined from SGOT, SGPT, urea, and kreatinin concentrations of pre and post treatment of rats orally administered the combination infusion everyday for 3 months.</p><p><strong>Results</strong>: There were signifi cant differences in coitus and climbing frequencies between the male rat group administered combination infusion of Piper retrofractum L., Centella asiatica, and Curcuma domestica and the group not given the infusion (P=0.032). There was no signifi cant difference between testosterone levels of the group administered the infusion and kontrol (P=0.248). Administering high dose (5000 mg/200 g BW) of infusion caused a signifi cant difference in levels of SGOT and SGPT between pre and post-treatment.</p><p><strong>Conclusion</strong>: The infusion of 1000 mg/200 g body weight had safe aphrodisiac effect on male Sprague-Dawley rats libido. (Health Science Indones 2012;1:19-22)</p><p> </p> |
---|---|
ISSN: | 2087-7021 2338-3437 |