PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN

Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-lak...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Eka Meigalia, Yerri Satria Putra
Format: Article
Language:English
Published: Balai Bahasa Bali 2019-07-01
Series:Aksara
Subjects:
Online Access:https://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/331
id doaj-812db1d5db6e4c61932d0057309a5ebc
record_format Article
spelling doaj-812db1d5db6e4c61932d0057309a5ebc2021-06-30T08:22:54ZengBalai Bahasa BaliAksara0854-32832019-07-01311516410.29255/aksara.v31i1.331.51-64170PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMANEka Meigalia0Yerri Satria Putra1Fakultas Ilmu Budaya, Universitas AndalasFakultas Ilmu Budaya, Universitas AndalasRonggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau. [1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.https://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/331ronggeang pasaman, sastra lisan, minangkabau, lintas gender, penampil
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Eka Meigalia
Yerri Satria Putra
spellingShingle Eka Meigalia
Yerri Satria Putra
PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
Aksara
ronggeang pasaman, sastra lisan, minangkabau, lintas gender, penampil
author_facet Eka Meigalia
Yerri Satria Putra
author_sort Eka Meigalia
title PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
title_short PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
title_full PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
title_fullStr PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
title_full_unstemmed PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
title_sort penampil lintas gender dalam sastra lisan minangkabau, ronggeang pasaman
publisher Balai Bahasa Bali
series Aksara
issn 0854-3283
publishDate 2019-07-01
description Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau. [1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
topic ronggeang pasaman, sastra lisan, minangkabau, lintas gender, penampil
url https://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/331
work_keys_str_mv AT ekameigalia penampillintasgenderdalamsastralisanminangkabauronggeangpasaman
AT yerrisatriaputra penampillintasgenderdalamsastralisanminangkabauronggeangpasaman
_version_ 1721353143080452096