PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)

Makalah ini menyajikan argumen-argumen yang memperbolehkan perempuan menjadi kepala rumah tangga. Penulis menyandingkan antara al-Quran dan Alkitab. Ide kesetaraan dalam al-Quran tercermin dari adanya penempatan yang setara pada mudzakar dan muannats. Keduanya merupakan khalifah di muka bumi. Sedang...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Abdurrohman Azzuhdi
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang 2018-06-01
Series:Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi)
Subjects:
Online Access:https://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/smart/article/view/573
id doaj-7ea99956eb3c41b78f06c80854d2cb4d
record_format Article
spelling doaj-7ea99956eb3c41b78f06c80854d2cb4d2020-11-24T22:14:30ZindBalai Penelitian dan Pengembangan Agama SemarangJurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi)2460-62942528-553X2018-06-0141637710.18784/smart.v4i1.573267PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)Abdurrohman AzzuhdiMakalah ini menyajikan argumen-argumen yang memperbolehkan perempuan menjadi kepala rumah tangga. Penulis menyandingkan antara al-Quran dan Alkitab. Ide kesetaraan dalam al-Quran tercermin dari adanya penempatan yang setara pada mudzakar dan muannats. Keduanya merupakan khalifah di muka bumi. Sedangkan dalam Alkitab, kisah perempuan sebagai kepala rumah tangga digambarkan pada sosok Lydia, seorang penjual Kain Ungu dari Tiatira. Dalam menguraikan teks kitab suci akan digunakan model penafsiran feminis, yaitu sebuah penafsiran yang menempatkan perspektif perempuan sebagai pelaku, bukan objek studi. Ayat-ayat yang membahas kepemimpinan perempuan dijelaskan kembali dengan membersihkan mitos-mitos yang mengelilingi. Cerita yang mempengaruhi penafsiran al-Quran banyak berasal dari AlKitab seperti penciptaan, nama adam dan hawa, serta stigma negatif terhadap perempuan. Alhasil akan ditemukan kesimpulan akhir bahwa baik al-Quran maupun Alkitab tidak pernah secara eksplisit melarang perempuan menjadi kepala rumah tangga. Kesimpulan yang selama ini beredar merupakan hasil penafsiran bias gender yang ditransformasikan dalam budaya patriarki.https://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/smart/article/view/573Lidya, kesetaraan, rumah tangga, penafsiran feminis
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author Abdurrohman Azzuhdi
spellingShingle Abdurrohman Azzuhdi
PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)
Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi)
Lidya, kesetaraan, rumah tangga, penafsiran feminis
author_facet Abdurrohman Azzuhdi
author_sort Abdurrohman Azzuhdi
title PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)
title_short PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)
title_full PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)
title_fullStr PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)
title_full_unstemmed PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA (Kajian Lintas Kitab Suci)
title_sort perempuan sebagai kepala rumah tangga (kajian lintas kitab suci)
publisher Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
series Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi)
issn 2460-6294
2528-553X
publishDate 2018-06-01
description Makalah ini menyajikan argumen-argumen yang memperbolehkan perempuan menjadi kepala rumah tangga. Penulis menyandingkan antara al-Quran dan Alkitab. Ide kesetaraan dalam al-Quran tercermin dari adanya penempatan yang setara pada mudzakar dan muannats. Keduanya merupakan khalifah di muka bumi. Sedangkan dalam Alkitab, kisah perempuan sebagai kepala rumah tangga digambarkan pada sosok Lydia, seorang penjual Kain Ungu dari Tiatira. Dalam menguraikan teks kitab suci akan digunakan model penafsiran feminis, yaitu sebuah penafsiran yang menempatkan perspektif perempuan sebagai pelaku, bukan objek studi. Ayat-ayat yang membahas kepemimpinan perempuan dijelaskan kembali dengan membersihkan mitos-mitos yang mengelilingi. Cerita yang mempengaruhi penafsiran al-Quran banyak berasal dari AlKitab seperti penciptaan, nama adam dan hawa, serta stigma negatif terhadap perempuan. Alhasil akan ditemukan kesimpulan akhir bahwa baik al-Quran maupun Alkitab tidak pernah secara eksplisit melarang perempuan menjadi kepala rumah tangga. Kesimpulan yang selama ini beredar merupakan hasil penafsiran bias gender yang ditransformasikan dalam budaya patriarki.
topic Lidya, kesetaraan, rumah tangga, penafsiran feminis
url https://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/smart/article/view/573
work_keys_str_mv AT abdurrohmanazzuhdi perempuansebagaikepalarumahtanggakajianlintaskitabsuci
_version_ 1725798516749500416