TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI

Pada tahun 1986, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) melakukan penelitian evaluasi Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah provinsi yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat mencakup s...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Djumadias Abunain, Abas Basuni Jahari
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik 2012-11-01
Series:Penelitian Gizi dan Makanan
Online Access:http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1989
id doaj-7a9425bedeeb4c2fbf9e1a5478859fe5
record_format Article
spelling doaj-7a9425bedeeb4c2fbf9e1a5478859fe52020-11-25T02:23:55ZindKementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi KlinikPenelitian Gizi dan Makanan0125-97172338-83582012-11-010010.22435/pgm.v0i0.1989.1992TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMIDjumadias AbunainAbas Basuni JahariPada tahun 1986, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) melakukan penelitian evaluasi Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah provinsi yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat mencakup semua kecamatan di semua Daerah Tingkat II (kabupaten dan kotamadya). Tiga persen desa di tiap kecamatan dipilih secara acak sebagai sampel desa. Satu sekolah tingkat dasar (termasuk negeri dan swasta) dipilih dari tiap desa yang terletak di daerah kabupaten dan dua sekolah dari desa/kelurahan yang terletak di daerah kota (kotamadya/kota administratif). Sampel sekolah dipilih dari daftar nama-nama sekolah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1984-1985. Secara keseluruhan penelitian ini meliputi 56 daerah tingkat II, 652 kecamatan dan 3540 sekolah tingkat dasar. Pengukuran tinggi badan anak sekolah dilakukan oleh guru-guru sekolah dengan menggunakan pita pengukur yang terbuat dari "fiber-glass" seperti yang biasa digunakan oleh para penjahit pakaian. Data yang berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi desa (PODES) dikumpulkan oleh petugas tingkat kecamatan dari laporan terakhir monografi desa (Juni, 1986). Formulir pengumpulan data dikirimkan lewat pos dari Puslitbang Gizi ke kecamatan-kecamatan. Selanjutnya, formulir tinggi badan anak sekolah dikirimkan ke masing-masing sekolah oleh kantor pendidikan tingkat kecamatan. Pengolahan data dan analisis dilakukan di Puslitbang Gizi, Bogor. Status gizi anak sekolah diidentifikasi dengan menggunakan indeks tinggi badan dan umur (TB/U) berdasarkan standar tinggi badan yang biasa digunakan di Indonesia. Status gizi anak sekolah digolongkan ke dalam empat kategori mengikuti cara klasifikasi WHO, yaitu kategori I (<85% standar), kategori II (85%-90% standar), kategori III (90%-95% standar) dan kategori IV (>95% standar). Prevalensi gizi kurang (kategori I dan II) digunakan dalam analisis regresi sederhana maupun ganda untuk mempelajari hubungannya dengan keadaan sosial ekonomi penduduk. Sekitar 80% kecamatan dan sekolah yang dijadikan sampel mengisi dan mengirimkan kembali formulir pengumpulan data ke Puslitbang Gizi, Bogor. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara prevalensi gizi kurang dengan beberapa peubah sosial ekonomi penduduk. Peubah-peubah sosial ekonomi yang menunjukkan hubungan bermakna adalah: kepadatan penduduk, persen penduduk berusia 10-54 tahun, persen penduduk berpendidikan SLTP ke atas, persen buruh tani terhadap jumlah penduduk, persen buruh lainnya terhadap jumlah penduduk, rasio buruh tani terhadap petani pemilik, persen sawah tadar hujan terhadap luas wilayah, rasio sawah tadah hujan terhadap sawah irigasi, fasilitas perhubungan dan keadaan perumahan penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah dapat digunakan sebagai indikator keadaan sosial ekonomi penduduk. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional tidak mahal dan strategis untuk dikembangkan ke provinsi-provinsi lain untuk memonitor status gizi sebagai dampak program-program pembangunan.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1989
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author Djumadias Abunain
Abas Basuni Jahari
spellingShingle Djumadias Abunain
Abas Basuni Jahari
TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI
Penelitian Gizi dan Makanan
author_facet Djumadias Abunain
Abas Basuni Jahari
author_sort Djumadias Abunain
title TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI
title_short TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI
title_full TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI
title_fullStr TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI
title_full_unstemmed TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI
title_sort tinggi badan anak baru masuk sekolah dasar sebagai indikator sosial ekonomi
publisher Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
series Penelitian Gizi dan Makanan
issn 0125-9717
2338-8358
publishDate 2012-11-01
description Pada tahun 1986, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) melakukan penelitian evaluasi Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah provinsi yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat mencakup semua kecamatan di semua Daerah Tingkat II (kabupaten dan kotamadya). Tiga persen desa di tiap kecamatan dipilih secara acak sebagai sampel desa. Satu sekolah tingkat dasar (termasuk negeri dan swasta) dipilih dari tiap desa yang terletak di daerah kabupaten dan dua sekolah dari desa/kelurahan yang terletak di daerah kota (kotamadya/kota administratif). Sampel sekolah dipilih dari daftar nama-nama sekolah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1984-1985. Secara keseluruhan penelitian ini meliputi 56 daerah tingkat II, 652 kecamatan dan 3540 sekolah tingkat dasar. Pengukuran tinggi badan anak sekolah dilakukan oleh guru-guru sekolah dengan menggunakan pita pengukur yang terbuat dari "fiber-glass" seperti yang biasa digunakan oleh para penjahit pakaian. Data yang berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi desa (PODES) dikumpulkan oleh petugas tingkat kecamatan dari laporan terakhir monografi desa (Juni, 1986). Formulir pengumpulan data dikirimkan lewat pos dari Puslitbang Gizi ke kecamatan-kecamatan. Selanjutnya, formulir tinggi badan anak sekolah dikirimkan ke masing-masing sekolah oleh kantor pendidikan tingkat kecamatan. Pengolahan data dan analisis dilakukan di Puslitbang Gizi, Bogor. Status gizi anak sekolah diidentifikasi dengan menggunakan indeks tinggi badan dan umur (TB/U) berdasarkan standar tinggi badan yang biasa digunakan di Indonesia. Status gizi anak sekolah digolongkan ke dalam empat kategori mengikuti cara klasifikasi WHO, yaitu kategori I (<85% standar), kategori II (85%-90% standar), kategori III (90%-95% standar) dan kategori IV (>95% standar). Prevalensi gizi kurang (kategori I dan II) digunakan dalam analisis regresi sederhana maupun ganda untuk mempelajari hubungannya dengan keadaan sosial ekonomi penduduk. Sekitar 80% kecamatan dan sekolah yang dijadikan sampel mengisi dan mengirimkan kembali formulir pengumpulan data ke Puslitbang Gizi, Bogor. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara prevalensi gizi kurang dengan beberapa peubah sosial ekonomi penduduk. Peubah-peubah sosial ekonomi yang menunjukkan hubungan bermakna adalah: kepadatan penduduk, persen penduduk berusia 10-54 tahun, persen penduduk berpendidikan SLTP ke atas, persen buruh tani terhadap jumlah penduduk, persen buruh lainnya terhadap jumlah penduduk, rasio buruh tani terhadap petani pemilik, persen sawah tadar hujan terhadap luas wilayah, rasio sawah tadah hujan terhadap sawah irigasi, fasilitas perhubungan dan keadaan perumahan penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah dapat digunakan sebagai indikator keadaan sosial ekonomi penduduk. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional tidak mahal dan strategis untuk dikembangkan ke provinsi-provinsi lain untuk memonitor status gizi sebagai dampak program-program pembangunan.
url http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1989
work_keys_str_mv AT djumadiasabunain tinggibadananakbarumasuksekolahdasarsebagaiindikatorsosialekonomi
AT abasbasunijahari tinggibadananakbarumasuksekolahdasarsebagaiindikatorsosialekonomi
_version_ 1724856454594166784