Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras

<p>The purpose of this research is to find the guiding self-concept service program for unsociable children in SLB/E Surabaya. The result shows that: 1) was not still optimal yet to get guiding self-concept for developing aware of the importance the self in positioned self; 2) the issue of ove...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Achmad Sofyan Hanif, Sujarwanto --
Format: Article
Language:English
Published: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016-12-01
Series:Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Subjects:
Online Access:http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/508
id doaj-7819e1cb317d4fe385663999bfab30ed
record_format Article
spelling doaj-7819e1cb317d4fe385663999bfab30ed2020-11-24T21:40:51ZengBadan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJurnal Pendidikan dan Kebudayaan2460-83002528-43392016-12-01167536110.24832/jpnk.v16i7.508348Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa TunalarasAchmad Sofyan Hanif0Sujarwanto --1Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang KemendikbudUNESA<p>The purpose of this research is to find the guiding self-concept service program for unsociable children in SLB/E Surabaya. The result shows that: 1) was not still optimal yet to get guiding self-concept for developing aware of the importance the self in positioned self; 2) the issue of overcoming self concept through guiding was large enough especially to the education system in special school which did not view yet the need of counseling function; 3) the need of guiding application which multi technique in every overcoming problem that happens among the student including self concept issue of unsociable students. The technique applied in SLB/E Surabaya was systematic desensitization, to eliminate the student’s behavior which lead to boring action, Rational Emotive Therapy to prevent the student’s belief about self concept which was inappropriate to their need and skill, and information service through role play activity, experiment to gather and discussion. For the four subjects which included in limited trial showed that there was change self concept to the more positive such as; social behavior deviation frequency decreased more like saying politely, neat clothing, etc.,the students did not do the habit anymore to wait the teacher or instructor when performing the school task, based on the parent report, the students did not do the habit anymore that was not to pay attention the job, but started to be summarized or organized as the beginning position, the students started to be able to understand the they were a part of the school or family environment.</p><p> </p><p><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Penelitian ini betujuan untuk menemukan program layanan bimbingan konsep diri pada anak tunalaras di SLB/E Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) masih belum optimal mendapat bimbingan konsep diri guna menumbuhkan kesadaran pentingnya diri dalam menempatkan diri; 2) kendala penanganan konsep diri melalui bimbingan masih cukup banyak terutama pada sistem pendidikan di SLB yang belum memandang perlu adanya fungsi Bimbingan Konseling; 3) Perlunya penerapan bimbingan yang multiteknik dalam setiap penanganan kasus yang terjadi pada siswa termasuk persoalan konsep diri siswa tunalaras. Teknik-teknik yang diterapkan di SLB/E Surabaya adalah desensitisasi sistematik, untuk mengeliminasi perilaku-perilaku siswa yang mengarah pada tindakan kebosanan, rational emotif terapy (RET) untuk menanggulangi keyakinan-keyakinan siswa tentang konsep diri yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta layanan informasi melalui kegiatan bermain peran, eksperimen bersama dan diskusi. Pada 4 (empat) subjek yang dikenakan dalam uji coba terbatas menunjukkan adanya perubahan konsep diri ke arah yang lebih positif seperti: frekuensi penyimpangan perilaku sosial semakin berkurang seperti berkata sopan, pakaian mulai rapi dsb, siswa tidak lagi melakukan kebiasaan menunggu bimbingan guru kelasnya atau instrukturnya apabila mengerjakan tugas sekolah, berdasarkan laporan dari orangtua siswa tidak lagi melakukan kebiasaan membiarkan pekerjaan yang ia kerjakan sendiri, tetapi mulai diringkas sendiri atau ditata seperti semula, siswa mulai dapat memahami bahwa dirinya itu bagian dari lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga.</p>http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/508Guiding service, self concept, unsociable, layanan bimbingan, konsep diri, tunalaras.
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Achmad Sofyan Hanif
Sujarwanto --
spellingShingle Achmad Sofyan Hanif
Sujarwanto --
Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Guiding service, self concept, unsociable, layanan bimbingan, konsep diri, tunalaras.
author_facet Achmad Sofyan Hanif
Sujarwanto --
author_sort Achmad Sofyan Hanif
title Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras
title_short Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras
title_full Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras
title_fullStr Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras
title_full_unstemmed Program Layanan Bimbingan Konsep Diri (Self Concept) Pada Siswa Tunalaras
title_sort program layanan bimbingan konsep diri (self concept) pada siswa tunalaras
publisher Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
series Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
issn 2460-8300
2528-4339
publishDate 2016-12-01
description <p>The purpose of this research is to find the guiding self-concept service program for unsociable children in SLB/E Surabaya. The result shows that: 1) was not still optimal yet to get guiding self-concept for developing aware of the importance the self in positioned self; 2) the issue of overcoming self concept through guiding was large enough especially to the education system in special school which did not view yet the need of counseling function; 3) the need of guiding application which multi technique in every overcoming problem that happens among the student including self concept issue of unsociable students. The technique applied in SLB/E Surabaya was systematic desensitization, to eliminate the student’s behavior which lead to boring action, Rational Emotive Therapy to prevent the student’s belief about self concept which was inappropriate to their need and skill, and information service through role play activity, experiment to gather and discussion. For the four subjects which included in limited trial showed that there was change self concept to the more positive such as; social behavior deviation frequency decreased more like saying politely, neat clothing, etc.,the students did not do the habit anymore to wait the teacher or instructor when performing the school task, based on the parent report, the students did not do the habit anymore that was not to pay attention the job, but started to be summarized or organized as the beginning position, the students started to be able to understand the they were a part of the school or family environment.</p><p> </p><p><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Penelitian ini betujuan untuk menemukan program layanan bimbingan konsep diri pada anak tunalaras di SLB/E Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) masih belum optimal mendapat bimbingan konsep diri guna menumbuhkan kesadaran pentingnya diri dalam menempatkan diri; 2) kendala penanganan konsep diri melalui bimbingan masih cukup banyak terutama pada sistem pendidikan di SLB yang belum memandang perlu adanya fungsi Bimbingan Konseling; 3) Perlunya penerapan bimbingan yang multiteknik dalam setiap penanganan kasus yang terjadi pada siswa termasuk persoalan konsep diri siswa tunalaras. Teknik-teknik yang diterapkan di SLB/E Surabaya adalah desensitisasi sistematik, untuk mengeliminasi perilaku-perilaku siswa yang mengarah pada tindakan kebosanan, rational emotif terapy (RET) untuk menanggulangi keyakinan-keyakinan siswa tentang konsep diri yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta layanan informasi melalui kegiatan bermain peran, eksperimen bersama dan diskusi. Pada 4 (empat) subjek yang dikenakan dalam uji coba terbatas menunjukkan adanya perubahan konsep diri ke arah yang lebih positif seperti: frekuensi penyimpangan perilaku sosial semakin berkurang seperti berkata sopan, pakaian mulai rapi dsb, siswa tidak lagi melakukan kebiasaan menunggu bimbingan guru kelasnya atau instrukturnya apabila mengerjakan tugas sekolah, berdasarkan laporan dari orangtua siswa tidak lagi melakukan kebiasaan membiarkan pekerjaan yang ia kerjakan sendiri, tetapi mulai diringkas sendiri atau ditata seperti semula, siswa mulai dapat memahami bahwa dirinya itu bagian dari lingkungan sekolah atau lingkungan keluarga.</p>
topic Guiding service, self concept, unsociable, layanan bimbingan, konsep diri, tunalaras.
url http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/508
work_keys_str_mv AT achmadsofyanhanif programlayananbimbingankonsepdiriselfconceptpadasiswatunalaras
AT sujarwanto programlayananbimbingankonsepdiriselfconceptpadasiswatunalaras
_version_ 1725924322021736448