JEJAK MARXISME DI INDONESIA

Pada akhir abad ke-19 paham liberalisme ekonomi ala Barat terdengar gaungnya oleh pemerinah Hindia-Belanda. Paham itu mengubah kebijakan ekonomi pemerintah dari yang semula kerja paksa menjadi industrialisasi. Masuknya investasi swasta telah mengubah tanah-tanah perkebunan menjadi pabrik-pabrik dan...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Ahmad Syatori
Format: Article
Language:Arabic
Published: IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2017-07-01
Series:Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
Subjects:
pki
Online Access:https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/view/2129/1353
Description
Summary:Pada akhir abad ke-19 paham liberalisme ekonomi ala Barat terdengar gaungnya oleh pemerinah Hindia-Belanda. Paham itu mengubah kebijakan ekonomi pemerintah dari yang semula kerja paksa menjadi industrialisasi. Masuknya investasi swasta telah mengubah tanah-tanah perkebunan menjadi pabrik-pabrik dan mengubah buruh-buruh tani bumi putra menjadi buruh-buruh pabrik. Kebijakan pemerintah itu mendapat kritik dari kaum kiri yang berpaham Marxisme di Belanda. Kritik itu berhasil mendesak pemerintah untuk memberlakukan kebijakan politik ‘balas-budi’ atau eticshe politic. Kebijakan ini lah yang kemudian menjadi awal masuknya paham Marxisme di Indonesia. Kebijakan politik etis telah membuka kran terbentuknya perkumpulan-perkumpulan di Hindia-Belanda. Sneevliet, seorang anggota kaum kiri Belanda masuk di Indonesia membawa paham Marxisme dengan mendirikan Indische Social Democratische Vereniging (ISDV). Pengaruh ISDV sampai pada Sarekat Islam (SI) yang saat itu memiliki basis massa yang banyak, yang kemudian membentuk SI-Merah. Oleh perkumpulan ini Marxisme menemukan kesamaan dengan ajaran Islam. Keduanya bertemu pada kesamaan pada perjuangan pembebasan kaum lemah. Analisis perjuangan kelas dalam Marxisme digunakan untuk menginterpretasi ayat-ayat al-Qur’an. Misalnya, Hadji Misbach menafsirkan surat al-Humazah menemukan dua kontradiksi kelas, antara kaum uang dan kaum mustadl’afin yang disebabkan oleh fitnah kapitalisme berupa kesengsaraan rakyat. Selain itu Marxisme juga memengaruhi pemikiran tradisi Jawa, yang memunculkan semboyan ‘Sama Rata-Sama Rasa’ dan ‘Bangkitnya Kaum Kromo’. Dua semboyan ini bertemu pada gagasan Marx tentang “masyarakat tanpa kelas” yang tertuang dalam Babad Tanah Jawa-nya Marco Kartodikromo. Paham ini melahirkan para pejuang revolusi di Hindia-Belanda. Mereka menyebarkan gagasan Marxisme dan melakukan aksi-aksi pengorganisasian rakyat, terutama pada kelompok buruh pabrik. Perjuangan itu telah sampai pada pembentukan organisasi revolusioner yang bernama Partai Komunis Indonesia (PKI).
ISSN:2407-7208
2528-5890