Fenomena Diglosia dalam Masyarakat Keturunan Arab Empang

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena diglosia pada Masyarakat Keturunan Arab (MKA) Empang Bogor. Penelitian telah dilakukan dan akar permasalahan diungkap dengan pendekatan sosiolinguistik. Objek penelitian adalah tuturan MKA. Pengumpulan data menggunakan metode pengamatan, waw...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Laode Abdul Wahab
Format: Article
Language:Indonesian
Published: IAIN Kendari 2013-11-01
Series:Al-Izzah
Online Access:http://ejournal.iainkendari.ac.id/al-izzah/article/view/172
Description
Summary:Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena diglosia pada Masyarakat Keturunan Arab (MKA) Empang Bogor. Penelitian telah dilakukan dan akar permasalahan diungkap dengan pendekatan sosiolinguistik. Objek penelitian adalah tuturan MKA. Pengumpulan data menggunakan metode pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi, disertai alat bantu perekaman dan pengkartuan data lingual. Analisis data melalui teknik opadan referensial dan translasional. Adapun penentuan maknanya menggunakan metode kontekstual. Penelitian menemukan bahwa MKA di Empang memakai dua variasi bahasa Arab yakni bahasa Arab fusha (BAF) atau bahasa Arab ragam tinggi (H:high) dan bahasa Arab amiyah (BAA) atau bahasa Arab ragam rendah (L:low). Kedua variasi bahasa Arab ini hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. MKA juga mengenal lapis-lapis penggunaan bahasa, ditinjau dari segi latar belakang penutur, budaya, tingkat pendidikan, dan situasi-kondisi bahasa Arab ketika dituturkan. Mereka memakai dua ragam baku bahasa Arab yang sama-sama diakui dan dihormati. Hanya saja fungsi dan pemakaiannya berbeda. Selain kedua variasi bahasa Arab, MKA juga memakai variasi bahasa Sunda Halus (BSH) dan bahasa Sunda Kasar (BSK). MKA di Empang tidak hanya menggunakan dua bahasa atau dua ragam atau dua dialek secara biner, melainkan bisa lebih dari dua bahasa atau dua dialek itu. Karenanya MKA Empang membentuk masyarakat yang diglosik. Mereka juga mengalami double overlapping diglosia atau situasi pembedaan derajat dan fungsi bahasa secara berganda dan double-nested diglosia atau keadaan dalam masyarakat multilingual, terdapat dua bahasa yang diperbedakan satu sebagai bahasa T, dan yang lain sebagai bahasa R. Baik bahasa T maupun bahasa R itu masing-masing mempunyai ragam atau dialek yang masingmasing juga diberi status sebagai ragam T dan ragam R baik terhadap bahasa Arab, bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia. Kata Kunci: Diglosia, Bahasa Arab, Masyarakat Keturunan Arab
ISSN:1978-9726
2541-0717