PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)

Tradisi pemberian Upeti di era kerajaan, yang hadir melalui konsep penundukan dan juga perwujudan rasa kesetiaan terhadap kerajaan, memiliki relevansi terhadap aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sedang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir. persoalan yang muncul dan terjadi...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Yusuf Adam Hilman
Format: Article
Language:English
Published: Unit Publikasi Ilmiah 2018-09-01
Series:Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UM Metro
Online Access:http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1268
id doaj-6c8f7ef7b0164c3590cc15f943b9e971
record_format Article
spelling doaj-6c8f7ef7b0164c3590cc15f943b9e9712020-11-24T20:46:45ZengUnit Publikasi IlmiahHistoria: Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UM Metro2337-47132442-87282018-09-016230932010.24127/hj.v6i2.1268979PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)Yusuf Adam Hilman0Universitas Muhammadiyah PonorogoTradisi pemberian Upeti di era kerajaan, yang hadir melalui konsep penundukan dan juga perwujudan rasa kesetiaan terhadap kerajaan, memiliki relevansi terhadap aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sedang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir. persoalan yang muncul dan terjadi dalam praktik Upeti, merupakan pelaksanaan praktik hegemoni secara fisik ataupun kebudayaan, kondisi ini menyebabkan tidak sadarnya individu atau masyarakat yang sedang di hegemoni oleh Negara atau pemerintah yang memiliki kekuasaan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya praktik hegemoni yang menyebabkan tidak sadarnya masyarakat dalam melaksanakan praktik – praktik Upeti yang akhirnya memperkuat praktik KKN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologis historis, yang mencoba melihat prilaku masyarakat secara teratur berdasarkan pembabakan waktu. Tradisi upeti yang telah di temukan dalam beberapa pembabakan waktu, memberikan pola terhadap beberapa konsep, yakni kekuasaan dalam perspektif jawa, yakni: “manunggaling kaula gusti”, konsep ini menempatkan bentuk penghormatan terhadap raja atau kalangan bangsawan dalam posisi tinggi dan juga sangat di hormati, sehingga berkembang kepercayaan bahwa kalangan priyayi atau bangsawan bisa membawa rakyat jelata menuju surga dan kemakmuran di dunia, praktik upeti dalam kondisi saat itu, masih berada dalam pengaruh kebudayaan hindu – budha yang sangat kuat dalam tradisi sistem kelas sosial, sehingga pemerintah kolonial belanda, yang mencoba menekan masyarakat nusantara dengan cara kekerasan dan budaya, supaya struktur kelas tetap terjaga, sehingga kepentingan pemerintah kolonial, yakni: “Glory, Gold, dan Gospel”, dapat tetap terlaksana. Padahal dalam ajaran agama hindu tidak mengenal sistem kasta varnas melainkan model caturvanas yang lebih menekankan pada peranan, bukan pembagian kelas. Hal ini yang kemudian tereduksi dalam penyelenggaraan pemerintah di nusantara sebagai wujud  budaya yang diyakini kebenaranyya, hingga dalam praktik kehidupan masyarakat pemberian upeti, sogokan, uang pelicin, gratifikasi, menjadi salah tafsir dan makna, hal ini yang membuat Indonesia mengalami kondisi darurat KKN.http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1268
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Yusuf Adam Hilman
spellingShingle Yusuf Adam Hilman
PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)
Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UM Metro
author_facet Yusuf Adam Hilman
author_sort Yusuf Adam Hilman
title PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)
title_short PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)
title_full PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)
title_fullStr PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)
title_full_unstemmed PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)
title_sort praktik upeti dalam tradisi hegemoni nusantara (tela’ah kritis terhadap praktik mengakar kkn di indonesia)
publisher Unit Publikasi Ilmiah
series Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP UM Metro
issn 2337-4713
2442-8728
publishDate 2018-09-01
description Tradisi pemberian Upeti di era kerajaan, yang hadir melalui konsep penundukan dan juga perwujudan rasa kesetiaan terhadap kerajaan, memiliki relevansi terhadap aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sedang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir. persoalan yang muncul dan terjadi dalam praktik Upeti, merupakan pelaksanaan praktik hegemoni secara fisik ataupun kebudayaan, kondisi ini menyebabkan tidak sadarnya individu atau masyarakat yang sedang di hegemoni oleh Negara atau pemerintah yang memiliki kekuasaan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya praktik hegemoni yang menyebabkan tidak sadarnya masyarakat dalam melaksanakan praktik – praktik Upeti yang akhirnya memperkuat praktik KKN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologis historis, yang mencoba melihat prilaku masyarakat secara teratur berdasarkan pembabakan waktu. Tradisi upeti yang telah di temukan dalam beberapa pembabakan waktu, memberikan pola terhadap beberapa konsep, yakni kekuasaan dalam perspektif jawa, yakni: “manunggaling kaula gusti”, konsep ini menempatkan bentuk penghormatan terhadap raja atau kalangan bangsawan dalam posisi tinggi dan juga sangat di hormati, sehingga berkembang kepercayaan bahwa kalangan priyayi atau bangsawan bisa membawa rakyat jelata menuju surga dan kemakmuran di dunia, praktik upeti dalam kondisi saat itu, masih berada dalam pengaruh kebudayaan hindu – budha yang sangat kuat dalam tradisi sistem kelas sosial, sehingga pemerintah kolonial belanda, yang mencoba menekan masyarakat nusantara dengan cara kekerasan dan budaya, supaya struktur kelas tetap terjaga, sehingga kepentingan pemerintah kolonial, yakni: “Glory, Gold, dan Gospel”, dapat tetap terlaksana. Padahal dalam ajaran agama hindu tidak mengenal sistem kasta varnas melainkan model caturvanas yang lebih menekankan pada peranan, bukan pembagian kelas. Hal ini yang kemudian tereduksi dalam penyelenggaraan pemerintah di nusantara sebagai wujud  budaya yang diyakini kebenaranyya, hingga dalam praktik kehidupan masyarakat pemberian upeti, sogokan, uang pelicin, gratifikasi, menjadi salah tafsir dan makna, hal ini yang membuat Indonesia mengalami kondisi darurat KKN.
url http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1268
work_keys_str_mv AT yusufadamhilman praktikupetidalamtradisihegemoninusantaratelaahkritisterhadappraktikmengakarkkndiindonesia
_version_ 1716811624008908800