Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak
Perempuan Jawa Islam masih dinilai tidak memiliki hak berbicara di era prakemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki modal kultural, kapital, dan bahkan modal teologi. Penelitian ini mengkaji tokoh Siti Walidah sebagai perempuan Jawa Islam yang dinarasikan oleh pengarang d...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Balai Bahasa Jawa Timur
2020-06-01
|
Series: | Atavisme |
Subjects: | |
Online Access: | http://atavisme.kemdikbud.go.id/index.php/atavisme/article/view/591 |
id |
doaj-6ba5fda32cdf4076a85ce42e6c4da0ae |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-6ba5fda32cdf4076a85ce42e6c4da0ae2020-11-25T04:05:55ZengBalai Bahasa Jawa TimurAtavisme1410-900X2503-52152020-06-01231334310.24257/atavisme.v23i1.591.33-43314Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri SpivakBudi Tri Santosa0Yesika Maya Ocktarani1Universitas Muhammadiyah SemarangUniversitas Muhammadiyah Semarang, Jalan Kedungmundu Raya No.18, Semarang, IndonesiaPerempuan Jawa Islam masih dinilai tidak memiliki hak berbicara di era prakemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki modal kultural, kapital, dan bahkan modal teologi. Penelitian ini mengkaji tokoh Siti Walidah sebagai perempuan Jawa Islam yang dinarasikan oleh pengarang drama sebagai tokoh yang menyuarakan identitas perempuan Jawa Islam. Penelitian ini menggunakan sumber data primer berupa naskah drama Nyai Ahmad Dahlan (2017) dengan metode analisis dekonstruksi dari Spivak mengenai subaltern. Teknik analisisnya adalah dengan mencermati narasi suara subaltern perempuan Jawa Islam oleh pengarang, kemudian narasi tersebut ditunda pemaknaannya. Penelitian ini menemukan bahwa narasi Siti Walidah untuk mengangkat suara subaltern perempuan Jawa Islam terjebak pada ideologi kolonialisme. Secara kolonialisme, perempuan Jawa Islam secara keseluruhan menjadi komoditas Siti Walidah untuk membangun narasinya. [The Deconstruction of Siti Walidah's Subaltern Narration in DyahKalsitorini's Drama Script of Nyai AhmadDahlan (2017):Gayatri Spivak's Subaltern Approach] Islamic Javanese women were still deemed not to have the right to speak in Indonesia's pre-independence era. That was because they did not have cultural capital, capital, and theological capital. This research examines Siti Walidah as an Islamic Javanese woman narrated by a drama author as a character voicing the identity of an Islamic Javanese woman. This research used drama script of Nyai Ahmad Dahlan (2017) as the primary data with a deconstruction analysis method from Spivak on subaltern. The analysis technique was done by examining the subaltern voice narration of Islamic Javanese woman by the author which was then postponed the meaning of the narration. This research found that the narration of Siti Walidah to raise the subaltern voice of Islamic Javanese women who trapped in the patriarchal hegemony and colonialism. In colonialism, Islamic Javanese women as a whole became a commodity of Siti Walidah to build her narration. Keywords: subaltern; nationalis, political identity; Islamhttp://atavisme.kemdikbud.go.id/index.php/atavisme/article/view/591subalternnasionalismepolitik identitasislam |
collection |
DOAJ |
language |
English |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Budi Tri Santosa Yesika Maya Ocktarani |
spellingShingle |
Budi Tri Santosa Yesika Maya Ocktarani Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak Atavisme subaltern nasionalisme politik identitas islam |
author_facet |
Budi Tri Santosa Yesika Maya Ocktarani |
author_sort |
Budi Tri Santosa |
title |
Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak |
title_short |
Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak |
title_full |
Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak |
title_fullStr |
Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak |
title_full_unstemmed |
Dekonstruksi Narasi <em>Subaltern</em> Siti Walidah dalam Naskah Drama <em>Nyai Ahmad Dahlan</em> (2017) Karya Dyah Kalsitorini: Pendekatan <em>Subaltern</em> Gayatri Spivak |
title_sort |
dekonstruksi narasi <em>subaltern</em> siti walidah dalam naskah drama <em>nyai ahmad dahlan</em> (2017) karya dyah kalsitorini: pendekatan <em>subaltern</em> gayatri spivak |
publisher |
Balai Bahasa Jawa Timur |
series |
Atavisme |
issn |
1410-900X 2503-5215 |
publishDate |
2020-06-01 |
description |
Perempuan Jawa Islam masih dinilai tidak memiliki hak berbicara di era prakemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki modal kultural, kapital, dan bahkan modal teologi. Penelitian ini mengkaji tokoh Siti Walidah sebagai perempuan Jawa Islam yang dinarasikan oleh pengarang drama sebagai tokoh yang menyuarakan identitas perempuan Jawa Islam. Penelitian ini menggunakan sumber data primer berupa naskah drama Nyai Ahmad Dahlan (2017) dengan metode analisis dekonstruksi dari Spivak mengenai subaltern. Teknik analisisnya adalah dengan mencermati narasi suara subaltern perempuan Jawa Islam oleh pengarang, kemudian narasi tersebut ditunda pemaknaannya. Penelitian ini menemukan bahwa narasi Siti Walidah untuk mengangkat suara subaltern perempuan Jawa Islam terjebak pada ideologi kolonialisme. Secara kolonialisme, perempuan Jawa Islam secara keseluruhan menjadi komoditas Siti Walidah untuk membangun narasinya.
[The Deconstruction of Siti Walidah's Subaltern Narration in DyahKalsitorini's Drama Script of Nyai AhmadDahlan (2017):Gayatri Spivak's Subaltern Approach] Islamic Javanese women were still deemed not to have the right to speak in Indonesia's pre-independence era. That was because they did not have cultural capital, capital, and theological capital. This research examines Siti Walidah as an Islamic Javanese woman narrated by a drama author as a character voicing the identity of an Islamic Javanese woman. This research used drama script of Nyai Ahmad Dahlan (2017) as the primary data with a deconstruction analysis method from Spivak on subaltern. The analysis technique was done by examining the subaltern voice narration of Islamic Javanese woman by the author which was then postponed the meaning of the narration. This research found that the narration of Siti Walidah to raise the subaltern voice of Islamic Javanese women who trapped in the patriarchal hegemony and colonialism. In colonialism, Islamic Javanese women as a whole became a commodity of Siti Walidah to build her narration.
Keywords: subaltern; nationalis, political identity; Islam |
topic |
subaltern nasionalisme politik identitas islam |
url |
http://atavisme.kemdikbud.go.id/index.php/atavisme/article/view/591 |
work_keys_str_mv |
AT buditrisantosa dekonstruksinarasiemsubalternemsitiwalidahdalamnaskahdramaemnyaiahmaddahlanem2017karyadyahkalsitorinipendekatanemsubalternemgayatrispivak AT yesikamayaocktarani dekonstruksinarasiemsubalternemsitiwalidahdalamnaskahdramaemnyaiahmaddahlanem2017karyadyahkalsitorinipendekatanemsubalternemgayatrispivak |
_version_ |
1724433290377560064 |