Penilaian Risiko Bencana Longsor di Wilayah Kabupaten Serang

Kabupaten Serang membutuhkan peta bahaya, peta kerentanan dan peta risiko bencana tanah longsor sebagai dasar dalam pengurangan risiko. Parameter dan bobot untuk pembuatan peta bahaya longsor adalah: kelerengan (50%), kondisi geologi (20%), curah hujan (15%) dan penggunaan lahan (15%). Zona bahaya t...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Heru Sri Naryanto, Qoriatu Zahro
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Gadjah Mada 2020-09-01
Series:Majalah Geografi Indonesia
Subjects:
Online Access:https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/view/38674
Description
Summary:Kabupaten Serang membutuhkan peta bahaya, peta kerentanan dan peta risiko bencana tanah longsor sebagai dasar dalam pengurangan risiko. Parameter dan bobot untuk pembuatan peta bahaya longsor adalah: kelerengan (50%), kondisi geologi (20%), curah hujan (15%) dan penggunaan lahan (15%). Zona bahaya tanah longsor tinggi di Kabupaten Serang terdapat di kecamatan-kecamatan Padarincang, Ciomas, Mancak, Anyar, Cinangka, Pulo Ampel dan Bojonegara. Pembuatan peta kerentanan digunakan kerentanan sosial dengan indikatornya adalah: kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Peta risiko tanah longsor dibuat dengan mengoverlaykan dari peta bahaya tanah longsor dan peta kerentanan. Pembuatan peta bahaya, peta kerentanan dan peta risiko mengunakan teknik overlay atau tumpang tindih dengan software ArcGIS. Daerah berisiko rendah di Kabupaten Serang seluas 92.416 ha (63,6% dari seluruh luas Kabupaten Serang), berisiko sedang seluas 46.971 ha. (32,3%) dan yang berisiko tinggi 5.907 ha. (4,1%). Bila dilihat dari tingkatan kecamatan, 5 urutan teratas kecamatan yang memiliki luasan daerah berisiko tinggi terbesar adalah Kecamatan Anyar (1.498 ha), Pulo Ampel (1,082 ha), Bojonegara (1.019 ha), Baros (828,5 ha) dan Padarincang (561 ha). Peta bahaya, peta kerentanan dan peta risiko sangat dibutuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Serang, selain sebagai acuan kegiatan pengurangan risiko bencana juga untuk penataan kawasan yang aman berkelanjutan.   Serang District requires hazard maps, vulnerability maps and risk maps as a basis for reducing the risk of landslides. Parameters and weights for making landslide hazard maps are: slope (50%), geological conditions (20%), rainfall (15%) and land use (15%). High landslide hazard zones in Serang District are found in the sub-districts of Padarincang, Ciomas, Mancak, Anyar, Cinangka, Pulo Ampel and Bojonegara. Making a vulnerability map used social vulnerability with indicators: population density, sex ratio, poverty ratio, ratio of disabled people and ratio of age groups. Landslide risk maps are made by overlaying landslide hazard maps and vulnerability maps. Making hazard maps, vulnerability maps and risk maps using overlay techniques with ArcGIS software. Low-risk areas in Serang District covering 92,416 ha (63.6% of the total area of Serang Regency), medium risk of 46,971 ha. (32.3%) and high risk 5,907 ha. (4.1%). When viewed from the sub-district level, the top 5 sub-districts that have the largest high-risk areas are Anyar District (1,498 ha), Pulo Ampel (1,082 ha), Bojonegara (1,019 ha), Baros (828.5 ha) and Padarincang (561 ha ) Hazard maps, vulnerability maps and risk maps are urgently needed by the Serang District Government, in addition to being a reference for disaster risk reduction activities as well as for the sustainable arrangement of areas.
ISSN:0215-1790
2540-945X