POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE
Film merupakan media yang menggambarkan praktik wacana melalui penanaman kekuasaan dan ideologi. Oleh karena itu, film selalu berada dalam ruang persaingan praktik pendefinisian, pemosisian dan pengontrolan khalayak. Munculnya film-film religi bertema Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari prak...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Universitas Padjadjaran
2020-03-01
|
Series: | Jurnal Wacana Politik |
Subjects: | |
Online Access: | http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/view/26475 |
id |
doaj-4a0bd1da026f4fddb8f921cfa72c95a0 |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-4a0bd1da026f4fddb8f921cfa72c95a02021-02-02T05:23:47ZindUniversitas PadjadjaranJurnal Wacana Politik2502-91852549-29692020-03-0151264010.24198/jwp.v5i1.2647513190POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVEAsep Abdul Sahid0UIN Sunan Gunung Djati BandungFilm merupakan media yang menggambarkan praktik wacana melalui penanaman kekuasaan dan ideologi. Oleh karena itu, film selalu berada dalam ruang persaingan praktik pendefinisian, pemosisian dan pengontrolan khalayak. Munculnya film-film religi bertema Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari praktik wacana tersebut. Lebih dari satu dekade, film religi yang bercerita tentang Islam dan dinamikanya telah mampu memberikan warna bagi dunia perfilman dan juga bagi perkembangan Islam itu sendiri. Kajian dalam tulisan ini merupakan perluasan kajian tentang teks film yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merumuskan bagaimana Islam dalam konteks persaingan politik Indonesia direpresentasikan melalui narasi film. Korpus kajian adalah Film 212 the Power of Love yang memiliki latar belakang Aksi Bela Islam, 2 Desember 2016 (ABI). Islam yang dianalisis pada kajian ini mengkhususkan pada ekspresi keislaman tertentu, seperti sosial dan politik. Kajian ini menggunakan metode analisis wacana kritis dari Theo van Leeuwen yang menyajikan model exclusion dan inclusion. Kedua model analisis ini umumnya sama-sama mengandung potensi promosi dan marginalisasi. Kajian ini menunjukkan bahwa pertama, Film 212 the Power of Love menyajian wacana Islam apolitis vs Islam apatis. Dan kedua, dengan wacana tersebut menjadi promosi atau legitimasi bagi semua pendukung ABI dan sekaligus marginalisasi bagi kelompok masyarakat anti ABI.http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/view/26475film religiislampolitik representasiwacana kritis |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Asep Abdul Sahid |
spellingShingle |
Asep Abdul Sahid POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE Jurnal Wacana Politik film religi islam politik representasi wacana kritis |
author_facet |
Asep Abdul Sahid |
author_sort |
Asep Abdul Sahid |
title |
POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE |
title_short |
POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE |
title_full |
POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE |
title_fullStr |
POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE |
title_full_unstemmed |
POLITIK REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM 212 THE POWER OF LOVE |
title_sort |
politik representasi islam dalam film 212 the power of love |
publisher |
Universitas Padjadjaran |
series |
Jurnal Wacana Politik |
issn |
2502-9185 2549-2969 |
publishDate |
2020-03-01 |
description |
Film merupakan media yang menggambarkan praktik wacana melalui penanaman kekuasaan dan ideologi. Oleh karena itu, film selalu berada dalam ruang persaingan praktik pendefinisian, pemosisian dan pengontrolan khalayak. Munculnya film-film religi bertema Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari praktik wacana tersebut. Lebih dari satu dekade, film religi yang bercerita tentang Islam dan dinamikanya telah mampu memberikan warna bagi dunia perfilman dan juga bagi perkembangan Islam itu sendiri. Kajian dalam tulisan ini merupakan perluasan kajian tentang teks film yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merumuskan bagaimana Islam dalam konteks persaingan politik Indonesia direpresentasikan melalui narasi film. Korpus kajian adalah Film 212 the Power of Love yang memiliki latar belakang Aksi Bela Islam, 2 Desember 2016 (ABI). Islam yang dianalisis pada kajian ini mengkhususkan pada ekspresi keislaman tertentu, seperti sosial dan politik. Kajian ini menggunakan metode analisis wacana kritis dari Theo van Leeuwen yang menyajikan model exclusion dan inclusion. Kedua model analisis ini umumnya sama-sama mengandung potensi promosi dan marginalisasi. Kajian ini menunjukkan bahwa pertama, Film 212 the Power of Love menyajian wacana Islam apolitis vs Islam apatis. Dan kedua, dengan wacana tersebut menjadi promosi atau legitimasi bagi semua pendukung ABI dan sekaligus marginalisasi bagi kelompok masyarakat anti ABI. |
topic |
film religi islam politik representasi wacana kritis |
url |
http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/view/26475 |
work_keys_str_mv |
AT asepabdulsahid politikrepresentasiislamdalamfilm212thepoweroflove |
_version_ |
1724303715488235520 |