MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN

Pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Filsafat bagi pendidikan berperan sebagai pedoman yang memberikan arahan dan tujuan  pendidikan. Sedangkan pendidikan bagi filsafat merupakan suatu ‘ruang’ yang selalu memberinya tempat untuk hidup dan terus berkembang melalui...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Sunarso Sunarso
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Negeri Yogyakarta 2010-01-01
Series:Informasi
Online Access:http://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/5659
id doaj-49a328a88812488786b6d38219a6a23e
record_format Article
spelling doaj-49a328a88812488786b6d38219a6a23e2021-01-02T02:00:53ZengUniversitas Negeri YogyakartaInformasi0126-06502502-38372010-01-011110.21831/informasi.v1i1.56594809MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKANSunarso SunarsoPendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Filsafat bagi pendidikan berperan sebagai pedoman yang memberikan arahan dan tujuan  pendidikan. Sedangkan pendidikan bagi filsafat merupakan suatu ‘ruang’ yang selalu memberinya tempat untuk hidup dan terus berkembang melalui kegiatan-kegiatan teoritis maupun praktis dalam pendidikan. Filsafat eksistensialisme Jean Paul Sartre dapat digunakan sebagai dasar pijakan  dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Sartre, manusia adalah individu yang bebas. Namun kebebasan yang dimilikinya selalu terbatasi dengan fakta akan adanya kebebasan individu lain. Manusia adalah bebas untuk melakukan dan mendefinisikan dirinya sendiri secara individual.  Manusia tidak lain adalah bagaimana ia menjadikan dirinya sendiri.  Belajar adalah menjadikan dirinya sendiri otonom dan menyadari adanya orang lain sehingga dapat menciptakan dunianya sendiri yang berarti bagi dirinya dan bagi kehidupan orang lain atau lingkungannya. Namun demikian, kita tetap harus selektif terhadap pemikiran Sartre tentang peniadaan Tuhan. Dalam merumuskan konsep kebebasan individu, Sartre mengasumsikan bahwa tanpa bantuan Tuhan, manusia dapat bebas mendefinisikan dirinya sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Pandangan ini jelas bertentangan dengan falsafah dasar negara kita yaitu Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa.http://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/5659
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Sunarso Sunarso
spellingShingle Sunarso Sunarso
MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
Informasi
author_facet Sunarso Sunarso
author_sort Sunarso Sunarso
title MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
title_short MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
title_full MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
title_fullStr MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
title_full_unstemmed MENGENAL FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
title_sort mengenal filsafat eksistensialisme jean-paul sartre serta implementasinya dalam pendidikan
publisher Universitas Negeri Yogyakarta
series Informasi
issn 0126-0650
2502-3837
publishDate 2010-01-01
description Pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Filsafat bagi pendidikan berperan sebagai pedoman yang memberikan arahan dan tujuan  pendidikan. Sedangkan pendidikan bagi filsafat merupakan suatu ‘ruang’ yang selalu memberinya tempat untuk hidup dan terus berkembang melalui kegiatan-kegiatan teoritis maupun praktis dalam pendidikan. Filsafat eksistensialisme Jean Paul Sartre dapat digunakan sebagai dasar pijakan  dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Sartre, manusia adalah individu yang bebas. Namun kebebasan yang dimilikinya selalu terbatasi dengan fakta akan adanya kebebasan individu lain. Manusia adalah bebas untuk melakukan dan mendefinisikan dirinya sendiri secara individual.  Manusia tidak lain adalah bagaimana ia menjadikan dirinya sendiri.  Belajar adalah menjadikan dirinya sendiri otonom dan menyadari adanya orang lain sehingga dapat menciptakan dunianya sendiri yang berarti bagi dirinya dan bagi kehidupan orang lain atau lingkungannya. Namun demikian, kita tetap harus selektif terhadap pemikiran Sartre tentang peniadaan Tuhan. Dalam merumuskan konsep kebebasan individu, Sartre mengasumsikan bahwa tanpa bantuan Tuhan, manusia dapat bebas mendefinisikan dirinya sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Pandangan ini jelas bertentangan dengan falsafah dasar negara kita yaitu Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
url http://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/5659
work_keys_str_mv AT sunarsosunarso mengenalfilsafateksistensialismejeanpaulsartresertaimplementasinyadalampendidikan
_version_ 1724362388993474560