PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ
Penelitian lapangan ini membahas ketampakan fajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya lewat pendekatan fiqih-astronomis yang disajikan dalam bentuk deskriptif-analitis. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya putih yang menyebar di sepanjang ufuk karena hamburan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi. Faja...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi
2014-09-01
|
Series: | Al-Mabsut |
Subjects: | |
Online Access: | http://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/77 |
id |
doaj-483c841937fe4561b00be4aa80dec899 |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-483c841937fe4561b00be4aa80dec8992020-11-24T23:16:58ZindLP3M Sekolah Tinggi Agama Islam NgawiAl-Mabsut2089-34262502-213X2014-09-018211459PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQNihayatur Rohmah0STAI NGAWIPenelitian lapangan ini membahas ketampakan fajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya lewat pendekatan fiqih-astronomis yang disajikan dalam bentuk deskriptif-analitis. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya putih yang menyebar di sepanjang ufuk karena hamburan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya berwarna biru, merah atau orange. Ada korelasi antara posisi astronomis Matahari dan penentuan waktu fajar. Penelitian, berkesimpulan bahwa ada pengaruh suhu terhadap sudut posisi Matahari. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding lurus. Tegasnya, jika besarnya suhu atmosfer itu kecil (menurun) maka cahaya fajar akan tampak pada sudut depresi yang rendah, seperti suhu 18.1° Celcius, fajar shadiq tampak pada posisi Matahari -18°02’08’’. Sebaliknya, jika suhu atmosfer itu besar (meningkat) maka cahaya fajar akan terlihat pada sudut posisi Matahari yang tinggi pula, seperti pada suhu 18.9° Celcius maka fajar shadiq tampak pada sudut Matahari -20°52’29’’. Adapun nilai rata-rata (mean) posisi Matahari dengan merujuk pada keseluruhan data pengamatan, maka diperoleh hasil sudut depresi Matahari -18°39’29.4’’. Penelitian ini menguatkan teori bahwa astronomical twilight yang bersesuaian dengan fenomena fajar astronomi mulai terbit ketika Matahari berada pada kedudukan sudut depresi 18o di bawah horizon.http://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/77Fajar Shadiq, Temperatur dan Kelembaban, Posisi Astronomis Matahari. |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Nihayatur Rohmah |
spellingShingle |
Nihayatur Rohmah PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ Al-Mabsut Fajar Shadiq, Temperatur dan Kelembaban, Posisi Astronomis Matahari. |
author_facet |
Nihayatur Rohmah |
author_sort |
Nihayatur Rohmah |
title |
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ |
title_short |
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ |
title_full |
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ |
title_fullStr |
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ |
title_full_unstemmed |
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ |
title_sort |
pengaruh suhu dan kelembaban atmosfer terhadap ketampakan fajar shadiq |
publisher |
LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi |
series |
Al-Mabsut |
issn |
2089-3426 2502-213X |
publishDate |
2014-09-01 |
description |
Penelitian lapangan ini membahas ketampakan fajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya lewat pendekatan fiqih-astronomis yang disajikan dalam bentuk deskriptif-analitis. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya putih yang menyebar di sepanjang ufuk karena hamburan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya berwarna biru, merah atau orange. Ada korelasi antara posisi astronomis Matahari dan penentuan waktu fajar. Penelitian, berkesimpulan bahwa ada pengaruh suhu terhadap sudut posisi Matahari. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding lurus. Tegasnya, jika besarnya suhu atmosfer itu kecil (menurun) maka cahaya fajar akan tampak pada sudut depresi yang rendah, seperti suhu 18.1° Celcius, fajar shadiq tampak pada posisi Matahari -18°02’08’’. Sebaliknya, jika suhu atmosfer itu besar (meningkat) maka cahaya fajar akan terlihat pada sudut posisi Matahari yang tinggi pula, seperti pada suhu 18.9° Celcius maka fajar shadiq tampak pada sudut Matahari -20°52’29’’. Adapun nilai rata-rata (mean) posisi Matahari dengan merujuk pada keseluruhan data pengamatan, maka diperoleh hasil sudut depresi Matahari -18°39’29.4’’. Penelitian ini menguatkan teori bahwa astronomical twilight yang bersesuaian dengan fenomena fajar astronomi mulai terbit ketika Matahari berada pada kedudukan sudut depresi 18o di bawah horizon. |
topic |
Fajar Shadiq, Temperatur dan Kelembaban, Posisi Astronomis Matahari. |
url |
http://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/77 |
work_keys_str_mv |
AT nihayaturrohmah pengaruhsuhudankelembabanatmosferterhadapketampakanfajarshadiq |
_version_ |
1725585542465191936 |