POLA PAMERAN TEMPORER DI RUANG PUBLIK (STUDI KASUS DI RUMAH DINAS BUPATI BATANG 2017)

Menurut data, Jawa Tengah hanya terdapat dua galeri aktif yaitu Galeri Semarang di Semarang dan Langgeng di Magelang dan satu museum seni rupa di Magelang yaitu OHD art Museum. Nasib perupa daerah di Jawa Tengah yang ingin berpameran dan tidak menjangkau galeri dan museum tersebut, kebanyakan memili...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Muhammad Rahman Athian
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Negeri Semarang 2018-01-01
Series:Imajinasi
Subjects:
Online Access:https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/article/view/14354
Description
Summary:Menurut data, Jawa Tengah hanya terdapat dua galeri aktif yaitu Galeri Semarang di Semarang dan Langgeng di Magelang dan satu museum seni rupa di Magelang yaitu OHD art Museum. Nasib perupa daerah di Jawa Tengah yang ingin berpameran dan tidak menjangkau galeri dan museum tersebut, kebanyakan memilih berpameran di studionya sendiri atau memilih menciptakan “ruang alternatif” dengan membuat pameran temporer di ruang publik, termasuk seniman daerah di Kabupaten Batang. Karena pameran merupakan “medium” seni untuk mengkomunikasikan sistem-sistem strategis representasi, ia juga berfungsi strategis lain yang bertujuan sebagai usaha melakukan percakapan dengan dan antarpenonton yang diatur untuk menentukan nilai-nilai hingga mengubah hubungan sosial. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang muncul adalah: “Bagaimana bentuk pola pameran temporer di ruang publik agar memenuhi ketercapaian tujuan?”. Melalui permasalahan tersebut penulis menggunakan teori display pameran seni rupa untuk mengungkap sejauhmana keberhasilan pola pameran di ruang publik pada studi kasus rumah dinas Bupati Batang 2017. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat dikemukakan bahwa pameran merupakan aktivitas untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk itu perlu kesiapan pembuatan piranti yang diolah secara matang dan mengolah persoalan ruang dengan baik. Kekurangan pada pameran ini diantaranya karena memilih pola atur berantai, menyebabkan pengunjung tertahan (mengantri) dan tertumpuk pada pintu masuk sekaligus pintu keluar. Pembuatan panel tidak diperhitungkan secara matang, sehingga memberikan efek menggangu pada masyarakat yang mengapresiasi. Minimnya sistem tanda yang diterapkan dan membuat pengunjung kebingungan dan terlihat kurang rapi saat didisplay. Hal ini berefek pada pendidikan yang diberikan ke masyarakat melalui pameran sangat minim didapatkan.
ISSN:1829-930X
2549-6697