Pengaruh konsentrasi tawas dan tunjung dalam limbah cair pengolahan gambir (Uncaria gambir Roxb.) untuk penyamakan kulit
<p>Penelitian penyamakan kulit dengan memanfaatkan air limbah pengolahan gambir telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan variasi persentase penambahan tawas dan tunjung sebagai mordan masing-masing 0%, 2%, 4% dan 6% kedalam limbah cair pengolahan gambir. Penambahan tawas dan tunjung dilaku...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang
2019-12-01
|
Series: | JLI: Jurnal Litbang Industri |
Online Access: | http://ejournal.kemenperin.go.id/jli/article/view/5751 |
Summary: | <p>Penelitian penyamakan kulit dengan memanfaatkan air limbah pengolahan gambir telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan variasi persentase penambahan tawas dan tunjung sebagai mordan masing-masing 0%, 2%, 4% dan 6% kedalam limbah cair pengolahan gambir. Penambahan tawas dan tunjung dilakukan pada penyamakan tahap II. Pengamatan terhadap kulit tersamak meliputi tampilan warna kulit yang dihasilkan, dan analisis sifat kimia dan sifat fisika kulit tersamak dengan mengacu kepada SNI 0463- 1989-A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemakaian tawas dan tunjung sebagai mordan berpengaruh terhadap warna kulit tersamak. Pemakaian tawas memberikan warna kuning kemerahan sedangkan pemakaian tunjung memberikan warna hitam kehijauan pada kulit yang tersamak. Pemakaian tawas memberikan sifat kimia dan sifat fisika kulit yang lebih baik dari pada pemakaian tunjung. Hasil uji menunjukkan bahwa pemakaian tawas memberikan kelarutan tannin dalam air yang lebih rendah, kadar kulit mentah yang lebih kecil, tannin terikat lebih tinggi, kekuatan tarik lebih tinggi, kekuatan lentur/kemuluran yang lebih rendah dibanding dengan perlakuan pemakaian tunjung. Perlakuan persentase pemberian tawas lebih berpengaruh terhadap sifat fisik kekuatan tarik dan kekuatan lentur kulit tersamak. Semakin tinggi persentase tawas, maka semakin tinggi kekuatan tarik dan sebaliknya semakin rendah kekuatan lentur. Perlakuan optimum didapatkan pada penambahan tawas 2%.</p><p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Skin tanning research has been carried out by utilizing gambier processing wastewater. The study was conducted with a variation of the percentage of alum and tunjung addition as mordant respectively 0%, 2%, 4% and 6% into gambier processing wastewater. The addition of alum and tunjung is carried out in the tanning phase II. Observation of tanned skin includes the appearance of the resulting skin color, and the analysis of chemical and physical properties of tanned skin with reference to SNI 0463-1989-A.<br /> The results showed that the treatment of alum and tunjung as mordant affected the tanned skin color. The treatment of alum as mordant gave a reddish yellow color while the use of tunjung gave a greenish black color to the tanned skin. The use of alum gives the chemical and physical properties of the skin better than the use of tunjung. The test results show that the use of alum provides lower tannins solubility in water, lower raw skin content, higher tannin bound, higher tanning levels, higher tensile strength, higher flexural strength / elongation strength compared to the treatment of using tunjung. The percentage treatment of alum is more influential on the physical properties of tensile strength and flexural strength of tanned skin. The higher the percentage of alum, the higher the tensile strength, on the other hand the lower the flexural strength. The optimum treatment was obtained at 2% addition of alum.</em></p> |
---|---|
ISSN: | 2252-3367 2502-5007 |