Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental
Konstruksi pracetak banyak digunakan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulannya. Sistem pracetak bataton memiliki keunggulan pengurangan global warming karena mengurangi pemakaian bekisting. Sistem pracetak memiliki kelemahan pada sambungan sehingga sambungan didesain agar berperilaku denga...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Universitas Jenderal Soedirman
2014-04-01
|
Series: | Dinamika Rekayasa |
Subjects: | |
Online Access: | http://dinarek.unsoed.ac.id/jurnal/index.php/dinarek/article/view/87 |
id |
doaj-34d806e6b8c1497da7e64ed9fa90118b |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-34d806e6b8c1497da7e64ed9fa90118b2020-11-24T22:38:40ZindUniversitas Jenderal SoedirmanDinamika Rekayasa1858-30752527-61312014-04-01102768287Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode EksperimentalAlamsyah Alamsyah0Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin Alam Sungai Alam Bengkalis 28751 - RiauKonstruksi pracetak banyak digunakan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulannya. Sistem pracetak bataton memiliki keunggulan pengurangan global warming karena mengurangi pemakaian bekisting. Sistem pracetak memiliki kelemahan pada sambungan sehingga sambungan didesain agar berperilaku dengan baik dalam mentransfer beban. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik sambungan balok-kolom akibat beban siklik dengan program pembebanan berdasarkan ACI T1.1-01 yang mensimulasikan beban gempa. Hasil pengujian diperoleh beban lateral maksimum rerata sampel monolit sebesar 26,45 kN, sedangkan pracetak terjadi penurunan 17,58%. Kekakuan rerata sampel monolit pada saat leleh sebesar 0,52 kN/mm, sedangkan kekakuan pracetak terjadi penurunan 32,69%. Hysteretic loop sampel monolit lebih besar dibandingkan dengan pracetak, hal ini menunjukkan sampel (M) memiliki disipasi energi yang lebih besar. Hubungan antara hysteretic energy (HE) dan potential energy (PE) terhadap siklus pengujian menunjukkan sampel monolit memiliki HE dan PE lebih besar jika dibandingkan pracetak. Nilai rerata EVDR monolit dan pracetak berkisar antara 6% -14%. Menurut Pas (1990), rasio redaman pada sistem struktur biasanya teredam.http://dinarek.unsoed.ac.id/jurnal/index.php/dinarek/article/view/87Bataton, kekakuan, siklik |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Alamsyah Alamsyah |
spellingShingle |
Alamsyah Alamsyah Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental Dinamika Rekayasa Bataton, kekakuan, siklik |
author_facet |
Alamsyah Alamsyah |
author_sort |
Alamsyah Alamsyah |
title |
Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental |
title_short |
Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental |
title_full |
Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental |
title_fullStr |
Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental |
title_full_unstemmed |
Perilaku Sambungan Balok-Kolom Pracetak Bataton Berdasarkan Metode Eksperimental |
title_sort |
perilaku sambungan balok-kolom pracetak bataton berdasarkan metode eksperimental |
publisher |
Universitas Jenderal Soedirman |
series |
Dinamika Rekayasa |
issn |
1858-3075 2527-6131 |
publishDate |
2014-04-01 |
description |
Konstruksi pracetak banyak digunakan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulannya. Sistem pracetak bataton memiliki keunggulan pengurangan global warming karena mengurangi pemakaian bekisting. Sistem pracetak memiliki kelemahan pada sambungan sehingga sambungan didesain agar berperilaku dengan baik dalam mentransfer beban. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik sambungan balok-kolom akibat beban siklik dengan program pembebanan berdasarkan ACI T1.1-01 yang mensimulasikan beban gempa. Hasil pengujian diperoleh beban lateral maksimum rerata sampel monolit sebesar 26,45 kN, sedangkan pracetak terjadi penurunan 17,58%. Kekakuan rerata sampel monolit pada saat leleh sebesar 0,52 kN/mm, sedangkan kekakuan pracetak terjadi penurunan 32,69%. Hysteretic loop sampel monolit lebih besar dibandingkan dengan pracetak, hal ini menunjukkan sampel (M) memiliki disipasi energi yang lebih besar. Hubungan antara hysteretic energy (HE) dan potential energy (PE) terhadap siklus pengujian menunjukkan sampel monolit memiliki HE dan PE lebih besar jika dibandingkan pracetak. Nilai rerata EVDR monolit dan pracetak berkisar antara 6% -14%. Menurut Pas (1990), rasio redaman pada sistem struktur biasanya teredam. |
topic |
Bataton, kekakuan, siklik |
url |
http://dinarek.unsoed.ac.id/jurnal/index.php/dinarek/article/view/87 |
work_keys_str_mv |
AT alamsyahalamsyah perilakusambunganbalokkolompracetakbatatonberdasarkanmetodeeksperimental |
_version_ |
1725712588074909696 |