Summary: | Wacana tentang wanita di era cyberspace tidak terlepas dari bahasa media yang merepresentasikan realitas wanita dalam kerangka yang telah diagendakan. Wacana ini merentang mulai dari diskusi seputar perpindahan dari “kekerasan domestik” ke “kekerasan simbolik” yang lekat dengan kehidupan wanita, seksualitas di ruang maya (cyberspace dan cyberporn), serta migrasi simbolik para artis sebagai wujud perburuan popularitas dalam kebudayaan pop. Wacana kekerasan simbolik menghadirkan pemajangan atau display tubuh wanita sebagai objek tontonan untuk memenuhi hasrat laki-laki, dan sebagai objek imajinasi serta fantasi seksual laki-laki. Ini terkait dengan wacana seksualitas di ruang maya yang menawarkan kebebasan tanpa batas untuk berpartisipasi dalam segala bentuk, sehingga terjadi pergeseran ke arah hypersexuality yang sulit diterima akal sehat karena sudah terlalu melebihi kondisi normal. Pada perburuan popularitas dalam kebudayaan pop, terdapat kecenderungan di antara para artis wanita untuk mengadakan semacam ‘migrasi simbolik’ — pergantian atau perpindahan simbol-simbol yang dikenakan seseorang untuk menjaga citra dirinya di mata orang lain. Dalam perspektif inilah perubahan tatanan simbolik dan budaya citra dikritisi sebagai sebuah siasat atau trik yang beroperasi di balik logika kapitalisme untuk bertahan dalam arus percepatan citra — dan bukannya suatu perwujudan dari pencerahan jiwa.
|