Bell's Palsy
Bell’s palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan saraf fasialis satu sisi, dengan penyebabnya tidak diketahui. Beberapa keadaan lain juga dapat menyebabkan kelumpuhan fasialis, misalnya tumor otak, stroke, myasthenia gravis, dan penyakit Lyme. Namun, jika tidak ada penyebab khusus yang dapat diidentifi...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2019-04-01
|
Series: | Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma |
Subjects: | |
Online Access: | https://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/view/526 |
Summary: | Bell’s palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan saraf fasialis satu sisi, dengan penyebabnya tidak diketahui. Beberapa keadaan lain juga dapat menyebabkan kelumpuhan fasialis, misalnya tumor otak, stroke, myasthenia gravis, dan penyakit Lyme. Namun, jika tidak ada penyebab khusus yang dapat diidentifikasi, kondisi ini dikenal sebagai Bell’s palsy yang disebabkan akibat pembengkakan dan tekanan saraf pada foramen stylomastoid dan menyebabkan penghambatan atau kerusakan saraf. Seringkali mata di sisi yang terkena tidak dapat ditutup, lipatan nasolabial dan garis dahi menghilang. Kortikosteroid ditemukan untuk memperbaiki hasil ketika digunakan lebih awal, sementara obat anti-virus belum. Banyak yang menunjukkan tanda perbaikan 10 hari setelah onset, bahkan tanpa pengobatan. Artikel ini bertujuan untuk mengulas Bell’s palsy terutama patofisiologinya. Tingkat keparahannya syaraf menentukan proses penyembuhan Bell’s palsy. |
---|---|
ISSN: | 1978-2071 2580-5967 |