Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi

Payung tidak hanya dipergunakan untuk hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari seperti melindungi diri dari kehujanan atau kepanasan. Akan tetapi payung telah menjadi simbol dalam kebudayaan terutama di Minangkabau. Eksistensi payung dalam kebudayaan Minangkabau tentu saja mengalami perkembangan....

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Yulinis Yulinis
Format: Article
Language:English
Published: Institut Seni Indonesia Denpasar 2019-05-01
Series:Mudra: Jurnal Seni Budaya
Subjects:
Online Access:https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/711
id doaj-2b5a00fb472544dd8a4e05edf55bd0ae
record_format Article
spelling doaj-2b5a00fb472544dd8a4e05edf55bd0ae2020-11-25T01:17:09ZengInstitut Seni Indonesia DenpasarMudra: Jurnal Seni Budaya0854-34612541-04072019-05-01342275283711Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era GlobalisasiYulinis Yulinis0Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia DenpasarPayung tidak hanya dipergunakan untuk hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari seperti melindungi diri dari kehujanan atau kepanasan. Akan tetapi payung telah menjadi simbol dalam kebudayaan terutama di Minangkabau. Eksistensi payung dalam kebudayaan Minangkabau tentu saja mengalami perkembangan. Payung yang sebelumnya digunakan untuk hal yang praktis, sekarang sudah menjadi simbolis. Perubahan tersebut merupakan sikap terhadap kondisi masyarakat yang telah dipengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi membawa penyebaran budaya pluralistik dengan berbagai ideologi yang terkandung di dalamnya yang sulit dihindarkan. Dalam hal ini globalisasi, tidak hanya dalam bidang-bidang tertentu, seperti teknologi, tetapi juga bidang-bidang lainnya sesuai dengan karakter dan makna global itu sendiri. Globalisasi menimbulkan perubahan terhadap sebuah benda seperti payung yang sudah lama melekat dalam diri manusia tradisional. Pengaruh globalisasi menjadikan payung bersifat universal. Payung di Minangkabau telah difungsikan dalam upacara ritual pengangkatan penghulu yang dimaknai sebagai pelindung dari perilaku yang tidak baik. Payung juga menjadi simbol bagi perempuan Minangkabau. Perempuan diibaratkan sebagai payung panji ke Medinah yang bermakna sebagai jalan menuju surga dalam agama Islam. Payung yang dilekatkan kepada perempuan juga bermakna sebagai pemimpin, terutama pemimpin dalam keluarga, pemimpin bagi anak-anaknya di rumah. Payung juga digunakan dalam tari di Minangkabau. Tari payung tercipta sebagai penggambaran cinta dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga dalam upacara perkawinan, payung menjadi simbol menyatukan dua anak manusia dalam sebuah keluarga.https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/711payungeksistensiglobalisasibudayaminangkabau
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Yulinis Yulinis
spellingShingle Yulinis Yulinis
Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi
Mudra: Jurnal Seni Budaya
payung
eksistensi
globalisasi
budaya
minangkabau
author_facet Yulinis Yulinis
author_sort Yulinis Yulinis
title Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi
title_short Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi
title_full Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi
title_fullStr Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi
title_full_unstemmed Eksistensi Payung Dalam Kebudayaan Minangkabau Di Era Globalisasi
title_sort eksistensi payung dalam kebudayaan minangkabau di era globalisasi
publisher Institut Seni Indonesia Denpasar
series Mudra: Jurnal Seni Budaya
issn 0854-3461
2541-0407
publishDate 2019-05-01
description Payung tidak hanya dipergunakan untuk hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari seperti melindungi diri dari kehujanan atau kepanasan. Akan tetapi payung telah menjadi simbol dalam kebudayaan terutama di Minangkabau. Eksistensi payung dalam kebudayaan Minangkabau tentu saja mengalami perkembangan. Payung yang sebelumnya digunakan untuk hal yang praktis, sekarang sudah menjadi simbolis. Perubahan tersebut merupakan sikap terhadap kondisi masyarakat yang telah dipengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi membawa penyebaran budaya pluralistik dengan berbagai ideologi yang terkandung di dalamnya yang sulit dihindarkan. Dalam hal ini globalisasi, tidak hanya dalam bidang-bidang tertentu, seperti teknologi, tetapi juga bidang-bidang lainnya sesuai dengan karakter dan makna global itu sendiri. Globalisasi menimbulkan perubahan terhadap sebuah benda seperti payung yang sudah lama melekat dalam diri manusia tradisional. Pengaruh globalisasi menjadikan payung bersifat universal. Payung di Minangkabau telah difungsikan dalam upacara ritual pengangkatan penghulu yang dimaknai sebagai pelindung dari perilaku yang tidak baik. Payung juga menjadi simbol bagi perempuan Minangkabau. Perempuan diibaratkan sebagai payung panji ke Medinah yang bermakna sebagai jalan menuju surga dalam agama Islam. Payung yang dilekatkan kepada perempuan juga bermakna sebagai pemimpin, terutama pemimpin dalam keluarga, pemimpin bagi anak-anaknya di rumah. Payung juga digunakan dalam tari di Minangkabau. Tari payung tercipta sebagai penggambaran cinta dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga dalam upacara perkawinan, payung menjadi simbol menyatukan dua anak manusia dalam sebuah keluarga.
topic payung
eksistensi
globalisasi
budaya
minangkabau
url https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/711
work_keys_str_mv AT yulinisyulinis eksistensipayungdalamkebudayaanminangkabaudieraglobalisasi
_version_ 1725147853861421056