ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA
Abstract The substitute heir (plaatsvervulling) is not explicitly mentioned in the Qur'an and has opened various interpretations in Islamic inheritance law. One of them is the opinion issued by M. Yahya Harahap that legitimate Indonesian Law perspective on substitute heir. The opinion stated t...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Faculty of Sharia and Law UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2019-03-01
|
Series: | Asy-Syari'ah |
Subjects: | |
Online Access: | https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/asy-syariah/article/view/3506 |
id |
doaj-224e762d4762420ab2ea9e929c0e8efb |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-224e762d4762420ab2ea9e929c0e8efb2021-04-26T05:54:46ZindFaculty of Sharia and Law UIN Sunan Gunung Djati BandungAsy-Syari'ah2086-90292654-56752019-03-0119111410.15575/as.v19i1.35062133ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIAAang Abdul Aziz0Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati BandungAbstract The substitute heir (plaatsvervulling) is not explicitly mentioned in the Qur'an and has opened various interpretations in Islamic inheritance law. One of them is the opinion issued by M. Yahya Harahap that legitimate Indonesian Law perspective on substitute heir. The opinion stated that grandchildren can replace their parent’s position as an heir of their grandfather, if their parent deceased before the grandfather. This interpretation is different from inheritance law in other Islamic countries. This paper is aimed to discuss the background and istinbath al hukmi used by M. Yahya Harahap in describing substitute heirs. With critical study on various library materials and interview, it was found that M. Yahya Harahap’s reason to determine the substitute heirs was influenced by customary law, and apllied 'urf and istilah (Mashlah Mursalah) as istinbath hukmi. Key words: istinbath al hukmi, inheritance law, wasiat wajibah, substitute heir Abstrak Tidak disebutkannya ahli waris pengganti dalam Al-Quran secara tersurat telah membuka berbagai penafsiran dalam hukum waris Islam. Salah satunya adalah pendapat yang dikeluarkan oleh M. Yahya Harahap. Pendapat tersebut menyatakan bahwa cucu dapat mengganti posisi keahliwarisan orang tuanya yang lebih dahulu meninggal dari kakek untuk berhak mendapatkan harta warisan orang tuanya. Hal tersebut berbeda dengan penafsiran hukum waris pada umumnya, yang salah satunya tertuang dalam ketentuan kewarisan di Mesir, tidak dengan memberikan hak waris namun berupa wasiat wajibah. Tulisan ini bertujuan untukmengetahui latar belakang pendapat dan istinbath al hukmi yang digunakan oleh M. Yahya Harahap dalam menetapkan ahli waris pengganti. Dengan metode studi kritik terhadap berbagai bahan pustaka, ditemukan bahwa alasan penetapan ahli waris pengganti M. Yahya Harahap didasarkan pada hukum adat khususnya daerah Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, dan dasar hukum yang digunakan yaitu ‘Urf serta Istilah (Mashlah Mursalah) sebagai istinbath hukmi. Kata Kunci : istinbath al hukmi, hukum waris, wasiat wajibah, ahli waris penggantihttps://journal.uinsgd.ac.id/index.php/asy-syariah/article/view/3506istinbath al hukmi, inheritance law, wasiat wajibah, substitute heir, istinbath al hukmi, hukum waris, wasiat wajibah, ahli waris pengganti |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Aang Abdul Aziz |
spellingShingle |
Aang Abdul Aziz ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA Asy-Syari'ah istinbath al hukmi, inheritance law, wasiat wajibah, substitute heir, istinbath al hukmi, hukum waris, wasiat wajibah, ahli waris pengganti |
author_facet |
Aang Abdul Aziz |
author_sort |
Aang Abdul Aziz |
title |
ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA |
title_short |
ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA |
title_full |
ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA |
title_fullStr |
ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA |
title_full_unstemmed |
ANALISIS KRITIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA |
title_sort |
analisis kritis hukum terhadap kedudukan ahli waris pengganti dalam hukum keluarga islam di indonesia |
publisher |
Faculty of Sharia and Law UIN Sunan Gunung Djati Bandung |
series |
Asy-Syari'ah |
issn |
2086-9029 2654-5675 |
publishDate |
2019-03-01 |
description |
Abstract
The substitute heir (plaatsvervulling) is not explicitly mentioned in the Qur'an and has opened various interpretations in Islamic inheritance law. One of them is the opinion issued by M. Yahya Harahap that legitimate Indonesian Law perspective on substitute heir. The opinion stated that grandchildren can replace their parent’s position as an heir of their grandfather, if their parent deceased before the grandfather. This interpretation is different from inheritance law in other Islamic countries. This paper is aimed to
discuss the background and istinbath al hukmi used by M. Yahya Harahap in describing substitute heirs. With critical study on various library materials and interview, it was found that M. Yahya Harahap’s reason to determine the substitute heirs was influenced by customary law, and apllied 'urf and istilah (Mashlah Mursalah) as istinbath hukmi.
Key words: istinbath al hukmi, inheritance law, wasiat wajibah, substitute heir
Abstrak
Tidak disebutkannya ahli waris pengganti dalam Al-Quran secara tersurat telah membuka berbagai penafsiran dalam hukum waris Islam. Salah satunya adalah pendapat yang dikeluarkan oleh M. Yahya Harahap. Pendapat tersebut menyatakan bahwa cucu dapat mengganti posisi keahliwarisan orang tuanya yang lebih dahulu meninggal dari kakek untuk berhak mendapatkan harta warisan orang tuanya. Hal tersebut berbeda dengan penafsiran hukum waris pada umumnya, yang salah satunya tertuang dalam ketentuan kewarisan di Mesir, tidak dengan memberikan hak waris namun berupa wasiat wajibah. Tulisan ini bertujuan untukmengetahui latar belakang pendapat dan istinbath al hukmi yang digunakan oleh M. Yahya Harahap dalam menetapkan ahli waris pengganti. Dengan metode studi kritik terhadap berbagai bahan pustaka, ditemukan bahwa alasan penetapan ahli waris pengganti M. Yahya Harahap didasarkan pada hukum adat khususnya daerah Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, dan dasar hukum yang digunakan yaitu ‘Urf serta Istilah (Mashlah Mursalah) sebagai istinbath hukmi.
Kata Kunci : istinbath al hukmi, hukum waris, wasiat wajibah, ahli waris pengganti |
topic |
istinbath al hukmi, inheritance law, wasiat wajibah, substitute heir, istinbath al hukmi, hukum waris, wasiat wajibah, ahli waris pengganti |
url |
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/asy-syariah/article/view/3506 |
work_keys_str_mv |
AT aangabdulaziz analisiskritishukumterhadapkedudukanahliwarispenggantidalamhukumkeluargaislamdiindonesia |
_version_ |
1721508017875189760 |