Displasia Ektodermal Hipohidrotik

Seorang bayi laki-laki berusia 4 bulan menderita displasia ektodermal hipohidrotik (DEH), merupakan kelainan genetik yang sebagian besar diturunkan secara x-linked recessive. Sindrom ini ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya kelenjar keringat, hypotrichosis,dan hypodontia. Diagnosis ditegakkan...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Eveline PN, Sri Rezeki Hadinegoro, Siti Aisah Boediardja
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016-12-01
Series:Sari Pediatri
Subjects:
Online Access:https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/925
id doaj-1cb3514d48c749f1b0711bd3fc694f31
record_format Article
spelling doaj-1cb3514d48c749f1b0711bd3fc694f312020-11-24T23:58:48ZindBadan Penerbit Ikatan Dokter Anak IndonesiaSari Pediatri0854-78232338-50302016-12-0153131610.14238/sp5.3.2003.131-6871Displasia Ektodermal HipohidrotikEveline PN0Sri Rezeki Hadinegoro1Siti Aisah Boediardja2PPDS Ilmu Kesehatan Anak FKUI, JakartaSubbagian Infeksi dan Penyakit Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM,Subbagian Kulit Anak. Bagian Kulit Kelamin FKUI-RSCMSeorang bayi laki-laki berusia 4 bulan menderita displasia ektodermal hipohidrotik (DEH), merupakan kelainan genetik yang sebagian besar diturunkan secara x-linked recessive. Sindrom ini ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya kelenjar keringat, hypotrichosis,dan hypodontia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan biopsi kulit yang menunjukkan tidak ada atau hipoplasi kelenjar ekskrin dan rambut. Trias gambaran klinis utama DEH adalah hipohidrosis atau anhidrosis, hipotrikosis dan andontia total atau partial. Kelainan ini perlu segera ditegakkan untuk menghindari komplikasi yang berat pada masa bayi dan diperlukan untuk menentukan penanganan selanjutnya. Untuk mengetahui pola penurunan genetik pada pasien ini perlu disusun silsilah penyakit dalam keluarga serta biopsi kulit atau uji starch-iodine pada kedua orang tua pasien sehingga konseling genetik. Pencegahan dapat diberikan secara multidisiplin sangat diperlukan dalam penanganan kasus seperti ini agar mendapatkan prognosis yang lebih baik. Displasia ektodermal hipohidrotik yang disebut juga Christ-Siemens Touraine syndrome atau displasia ektodermal anhidrotik digambarkan pertama kali pada tahun 1848 oleh Thurnam 1,2 dan diikuti pada abad-19 oleh Darwin.2 Pada tahun 1921, Thadani menetapkan DEH sebagai suatu kelainan x-linked dan kemudian melaporkan bahwa perempuan pembawa gen mutan menampakkan gejala yang bervariasi dari kondisi tersebut.1,2 Angka kejadian DEH diperkirakan 1 per 100.000 kelahiran hidup,2,5 lebih 90% terjadi pada anak laki-laki.2 Di Indonesia dilaporkan 2 kasus pada tahun 2000-2002,6 salah satu kasus berobat di Subbagian Kulit Anak Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM.https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/925displasia ektodermal hipohidrotikanhidrosisanodontiahipotrikosisx-linked recessive
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author Eveline PN
Sri Rezeki Hadinegoro
Siti Aisah Boediardja
spellingShingle Eveline PN
Sri Rezeki Hadinegoro
Siti Aisah Boediardja
Displasia Ektodermal Hipohidrotik
Sari Pediatri
displasia ektodermal hipohidrotik
anhidrosis
anodontia
hipotrikosis
x-linked recessive
author_facet Eveline PN
Sri Rezeki Hadinegoro
Siti Aisah Boediardja
author_sort Eveline PN
title Displasia Ektodermal Hipohidrotik
title_short Displasia Ektodermal Hipohidrotik
title_full Displasia Ektodermal Hipohidrotik
title_fullStr Displasia Ektodermal Hipohidrotik
title_full_unstemmed Displasia Ektodermal Hipohidrotik
title_sort displasia ektodermal hipohidrotik
publisher Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
series Sari Pediatri
issn 0854-7823
2338-5030
publishDate 2016-12-01
description Seorang bayi laki-laki berusia 4 bulan menderita displasia ektodermal hipohidrotik (DEH), merupakan kelainan genetik yang sebagian besar diturunkan secara x-linked recessive. Sindrom ini ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya kelenjar keringat, hypotrichosis,dan hypodontia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan biopsi kulit yang menunjukkan tidak ada atau hipoplasi kelenjar ekskrin dan rambut. Trias gambaran klinis utama DEH adalah hipohidrosis atau anhidrosis, hipotrikosis dan andontia total atau partial. Kelainan ini perlu segera ditegakkan untuk menghindari komplikasi yang berat pada masa bayi dan diperlukan untuk menentukan penanganan selanjutnya. Untuk mengetahui pola penurunan genetik pada pasien ini perlu disusun silsilah penyakit dalam keluarga serta biopsi kulit atau uji starch-iodine pada kedua orang tua pasien sehingga konseling genetik. Pencegahan dapat diberikan secara multidisiplin sangat diperlukan dalam penanganan kasus seperti ini agar mendapatkan prognosis yang lebih baik. Displasia ektodermal hipohidrotik yang disebut juga Christ-Siemens Touraine syndrome atau displasia ektodermal anhidrotik digambarkan pertama kali pada tahun 1848 oleh Thurnam 1,2 dan diikuti pada abad-19 oleh Darwin.2 Pada tahun 1921, Thadani menetapkan DEH sebagai suatu kelainan x-linked dan kemudian melaporkan bahwa perempuan pembawa gen mutan menampakkan gejala yang bervariasi dari kondisi tersebut.1,2 Angka kejadian DEH diperkirakan 1 per 100.000 kelahiran hidup,2,5 lebih 90% terjadi pada anak laki-laki.2 Di Indonesia dilaporkan 2 kasus pada tahun 2000-2002,6 salah satu kasus berobat di Subbagian Kulit Anak Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM.
topic displasia ektodermal hipohidrotik
anhidrosis
anodontia
hipotrikosis
x-linked recessive
url https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/925
work_keys_str_mv AT evelinepn displasiaektodermalhipohidrotik
AT srirezekihadinegoro displasiaektodermalhipohidrotik
AT sitiaisahboediardja displasiaektodermalhipohidrotik
_version_ 1725449689945341952