EDITORIAL
Kalimat bijak yang dituturkan oleh Sang Jiwa Besar Mohandas Gandhi di atas menegaskan bahwa keselarasan atau harmoni adalah inti dari kebahagiaan. Sesungguhnya kesadaran seperti itu bersifat universal. Jika ditelusuri, di hampir setiap kebudayaan selalu ada ungkapan yang mengakui harmoni sebagai kea...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Gadjah Mada
2017-02-01
|
Series: | Humaniora |
Online Access: | https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/22445 |
id |
doaj-1588bc051aea4254940c19c2589d6af1 |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-1588bc051aea4254940c19c2589d6af12020-11-24T23:53:21ZengUniversitas Gadjah MadaHumaniora0852-08012302-92692017-02-012711210.22146/jh.v27i1.2244515349EDITORIALDaud Aris Tanudirjo0Universitas Gadjah MadaKalimat bijak yang dituturkan oleh Sang Jiwa Besar Mohandas Gandhi di atas menegaskan bahwa keselarasan atau harmoni adalah inti dari kebahagiaan. Sesungguhnya kesadaran seperti itu bersifat universal. Jika ditelusuri, di hampir setiap kebudayaan selalu ada ungkapan yang mengakui harmoni sebagai keadaan ideal yang hendaknya dicapai. Orang Sioux, pribumi Amerika, menyebutkan “Untuk menyentuh bumi kita harus berselaras dengan alam”. Karena itu, sejak lahir mereka berusaha untuk hidup selaras dengan lingkungannya. Di dunia modern, penelitian psikologi juga membuktikan bahwa kelompok beranggotakan pribadi-pribadi yang mampu membangun harmoni menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik. Setiap anggota diuntungkan dan menguntungkan kelompok itu (Lun dan Bond, 2006). Bahkan, penulis buku The Seven Spiritual Laws of Superheroes (2011), Deepak Chopra menyebutkan salah satu faktor pembentuk seseorang menjadi superhero adalah kemampuannya mencapai harmoni dengan dirinya sendiri dan dunia.https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/22445 |
collection |
DOAJ |
language |
English |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Daud Aris Tanudirjo |
spellingShingle |
Daud Aris Tanudirjo EDITORIAL Humaniora |
author_facet |
Daud Aris Tanudirjo |
author_sort |
Daud Aris Tanudirjo |
title |
EDITORIAL |
title_short |
EDITORIAL |
title_full |
EDITORIAL |
title_fullStr |
EDITORIAL |
title_full_unstemmed |
EDITORIAL |
title_sort |
editorial |
publisher |
Universitas Gadjah Mada |
series |
Humaniora |
issn |
0852-0801 2302-9269 |
publishDate |
2017-02-01 |
description |
Kalimat bijak yang dituturkan oleh Sang Jiwa Besar Mohandas Gandhi di atas menegaskan bahwa keselarasan atau harmoni adalah inti dari kebahagiaan. Sesungguhnya kesadaran seperti itu bersifat universal. Jika ditelusuri, di hampir setiap kebudayaan selalu ada ungkapan yang mengakui harmoni sebagai keadaan ideal yang hendaknya dicapai. Orang Sioux, pribumi Amerika, menyebutkan “Untuk menyentuh bumi kita harus berselaras dengan alam”. Karena itu, sejak lahir mereka berusaha untuk hidup selaras dengan lingkungannya. Di dunia modern, penelitian psikologi juga membuktikan bahwa kelompok beranggotakan pribadi-pribadi yang mampu membangun harmoni menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik. Setiap anggota diuntungkan dan menguntungkan kelompok itu (Lun dan Bond, 2006). Bahkan, penulis buku The Seven Spiritual Laws of Superheroes (2011), Deepak Chopra menyebutkan salah satu faktor pembentuk seseorang menjadi superhero adalah kemampuannya mencapai harmoni dengan dirinya sendiri dan dunia. |
url |
https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/22445 |
work_keys_str_mv |
AT daudaristanudirjo editorial |
_version_ |
1725470221823639552 |