Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal

Komposisi musik ini merupakan bagian dari relfeksi pengalaman masa kecil penulis ketika harus menghafal huruf Jawa Hanacaraka. Sebagai rangsang awal dalam karya ini adalah ide dari legenda Ajisaka tentang menciptakan huruf Jawa Hanacaraka. Ketidakpastian dalam satu keputusan memunculkan keputusan ba...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Warsana -
Format: Article
Language:English
Published: Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2012-06-01
Series:Resital: Jurnal Seni Pertunjukan
Online Access:http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/515
id doaj-1196a0d2866b4d6189af43e050b68c95
record_format Article
spelling doaj-1196a0d2866b4d6189af43e050b68c952020-11-25T01:06:05ZengInstitut Seni Indonesia YogyakartaResital: Jurnal Seni Pertunjukan2085-99102338-67702012-06-0113110.24821/resital.v13i1.515429Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi PersonalWarsana -0Prodi Etnomusikologi ISI Yogyakarta. Jalan Parangtritis KM 6,5 Sewon, YogyakartaKomposisi musik ini merupakan bagian dari relfeksi pengalaman masa kecil penulis ketika harus menghafal huruf Jawa Hanacaraka. Sebagai rangsang awal dalam karya ini adalah ide dari legenda Ajisaka tentang menciptakan huruf Jawa Hanacaraka. Ketidakpastian dalam satu keputusan memunculkan keputusan baru adalah gambaran tatanan kehidupan dewasa ini oleh karena bahasa serta sikap dalam mengambil tindakan yang tumpang tindih. Dalam komposisi ini Hanacaraka yang terdiri dari 20 kata diaktualisasikan ke dalam beberapa instrumen musik dan sumber bunyi dengan karakter yang berbeda. Komposisi ini memadukan instrumen gong, bonang, pralon, othokothok, klonthongan sapi, serta pengolahan huruf Jawa Hanacaraka. Komposisi ini memperhatikan tiga elemen musik yakni ritme, melodi, dan harmoni dengan pola permainan sukat yang berbeda. Penyajian komposisi sebagai sebuah pertunjukan dapat dinikmati secara audio maupun visual. Oleh karena itu, diperlukan penggarapan baik penyajian musikal maupun non musikal. Dengan mengacu pada pertunjukan teater maka diperlukan stage, agar terjadi komunikasi antara penonton dengan pemain dalam satu arah pandang mata. Kata kunci: tumpang tindih, hanacaraka ABSTRACT The Tumpang Tindih: A Music Composition. Observing the current reality of twisted, overlap, and unstructured life becomes the theme of this composition. Music composition entitled “Overlapping” represents the part of the writer’s refl ective experience on his childhood when he must memorize Javanese letters of Hanacaraka. The diffi culty in learning and memorizing the Javanese letters becomes the basic idea of the birth of his composition. The Legend of Ajisaka about creating the Javanese letters of Hanacaraka becomes the stimulus of an early idea in this composition. The uncertainty in one decision which emerges another new decision is a description of life arrangement nowadays because of the overlapping of the language and attitude. In this composition, Hanacaraka with 20 letters is actualized into some musical instruments and sound with different characters. This composition combines the gong instrument, bonang, “pralon”- hard pipe, othokothok – a traditional children’s toy, “klontongan sapi”- the bell horn by the ox, and also the Javanese letters of Hanacaraka arrangement. All the sound mentioned above; then is composed into three music elements, namely the existence of rhythm, melody, and harmony with different “sukat”- measure such as 3/4, 4/4, 5/4, 7/4. This composition is presented as a performance, which can be appreciated through audio and visual. Therefore, a good musical and non- musical arrangement is necessarily used. Referring to the theatre performance, hence a stage is needed in order to be a direct communication media for the audience and players. Keywords: overlapping, hanacarakahttp://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/515
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Warsana -
spellingShingle Warsana -
Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan
author_facet Warsana -
author_sort Warsana -
title Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal
title_short Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal
title_full Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal
title_fullStr Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal
title_full_unstemmed Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik Dalam Interpretasi Personal
title_sort tumpang tindih: sebuah komposisi musik dalam interpretasi personal
publisher Institut Seni Indonesia Yogyakarta
series Resital: Jurnal Seni Pertunjukan
issn 2085-9910
2338-6770
publishDate 2012-06-01
description Komposisi musik ini merupakan bagian dari relfeksi pengalaman masa kecil penulis ketika harus menghafal huruf Jawa Hanacaraka. Sebagai rangsang awal dalam karya ini adalah ide dari legenda Ajisaka tentang menciptakan huruf Jawa Hanacaraka. Ketidakpastian dalam satu keputusan memunculkan keputusan baru adalah gambaran tatanan kehidupan dewasa ini oleh karena bahasa serta sikap dalam mengambil tindakan yang tumpang tindih. Dalam komposisi ini Hanacaraka yang terdiri dari 20 kata diaktualisasikan ke dalam beberapa instrumen musik dan sumber bunyi dengan karakter yang berbeda. Komposisi ini memadukan instrumen gong, bonang, pralon, othokothok, klonthongan sapi, serta pengolahan huruf Jawa Hanacaraka. Komposisi ini memperhatikan tiga elemen musik yakni ritme, melodi, dan harmoni dengan pola permainan sukat yang berbeda. Penyajian komposisi sebagai sebuah pertunjukan dapat dinikmati secara audio maupun visual. Oleh karena itu, diperlukan penggarapan baik penyajian musikal maupun non musikal. Dengan mengacu pada pertunjukan teater maka diperlukan stage, agar terjadi komunikasi antara penonton dengan pemain dalam satu arah pandang mata. Kata kunci: tumpang tindih, hanacaraka ABSTRACT The Tumpang Tindih: A Music Composition. Observing the current reality of twisted, overlap, and unstructured life becomes the theme of this composition. Music composition entitled “Overlapping” represents the part of the writer’s refl ective experience on his childhood when he must memorize Javanese letters of Hanacaraka. The diffi culty in learning and memorizing the Javanese letters becomes the basic idea of the birth of his composition. The Legend of Ajisaka about creating the Javanese letters of Hanacaraka becomes the stimulus of an early idea in this composition. The uncertainty in one decision which emerges another new decision is a description of life arrangement nowadays because of the overlapping of the language and attitude. In this composition, Hanacaraka with 20 letters is actualized into some musical instruments and sound with different characters. This composition combines the gong instrument, bonang, “pralon”- hard pipe, othokothok – a traditional children’s toy, “klontongan sapi”- the bell horn by the ox, and also the Javanese letters of Hanacaraka arrangement. All the sound mentioned above; then is composed into three music elements, namely the existence of rhythm, melody, and harmony with different “sukat”- measure such as 3/4, 4/4, 5/4, 7/4. This composition is presented as a performance, which can be appreciated through audio and visual. Therefore, a good musical and non- musical arrangement is necessarily used. Referring to the theatre performance, hence a stage is needed in order to be a direct communication media for the audience and players. Keywords: overlapping, hanacaraka
url http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/515
work_keys_str_mv AT warsana tumpangtindihsebuahkomposisimusikdalaminterpretasipersonal
_version_ 1725191617054244864