Kegagalan Terapi Infeksi HIV/AIDS dan Resistensi Antiretroviral
Abstrak Kegagalan pengobatan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditandai dengan kegagalan virologis, kegagalan imunologis, dan memburuknya keadaan klinis penderita. Kegagalan virologis mendahului kegagalan lainnya dan ditandai dengan viral load yang tidak menurun setelah 48 minggu pengobata...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Islam Bandung
2013-02-01
|
Series: | Global Medical & Health Communication |
Subjects: | |
Online Access: | http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc/article/view/1513 |
Summary: | Abstrak
Kegagalan pengobatan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditandai dengan kegagalan virologis, kegagalan imunologis, dan memburuknya keadaan klinis penderita. Kegagalan virologis mendahului kegagalan lainnya dan ditandai dengan viral load yang tidak menurun setelah 48 minggu pengobatan Anti Retro Viral (ARV). Kegagalan imunologis ditandai dengan CD4 yang menurun. Faktor yang berperan dalam kegagalan terapi ARV adalah kepatuhan, efek samping obat yang menyebabkan penghentian obat, absorbsi buruk, dosis suboptimal, serta resistensi virus. Virus HIV akan bermutasi dengan jenis mutasi yang khas untuk setiap jenis obat ARV. Pemeriksaan resistensi ARV terdiri dari dua cara, genotip dan fenotip. Pemeriksaan genotip adalah pemeriksaan terhadap mutasi, sedangkan pemeriksaan fenotip adalah pemeriksaan in vitro untuk melihat langsung suseptibilitas ARV. Mutasi virus untuk tiap obat berbeda, ditandai dengan penggantian asam amino pada suatu codon. Misalnya untuk lamivudine bila terdapat mutasi M184V, artinya metionin pada codon 184 diganti dengan valin. Pemeriksaan mutasi virus perlu dilakukan jika diduga terjadi virologic failure akibat resistensi ARV, obat ARV yang diberikan harus segera diganti.
Kata kunci: ARV, HIV/AIDS, kegagalan pengobatan, mutasi |
---|---|
ISSN: | 2301-9123 2460-5441 |