PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PINGGIRAN KOTA Studi Pekerjaan Sosial tentang Petani Penggarap di Lahan Sementara

Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan yang bersifat fisik , fsikis, sosial dan spiritual (FPSS) Sementara itu, tidak semua orang yang tinggal di kawasan perkotaan dan pinggiran kota siap untuk menyesuaikan dengan kondisi perkembangan kehidupan perkotaan. Orang-orang dimaksud mencakup orang yang...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: B. Mujiyadi
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial 2017-05-01
Series:Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Online Access:https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/view/823
Description
Summary:Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan yang bersifat fisik , fsikis, sosial dan spiritual (FPSS) Sementara itu, tidak semua orang yang tinggal di kawasan perkotaan dan pinggiran kota siap untuk menyesuaikan dengan kondisi perkembangan kehidupan perkotaan. Orang-orang dimaksud mencakup orang yang sejak lama bermukim di kawasan pinggiran kota dan sebagian kaum pendatang dari desa. Sebagai kompensasi dari kondisi demikian, sementara di lain pihak orang-orang dimaksud harus bertahan hidup, maka mereka berupaya untuk mencari kehidupan dari sektor informal. Salah satu cara memenuhi kehidupan adalah menjadi petani sayur yang memanfaatkan tanah garapan. Studi ini berupaya untuk menemukan model pemberdayaan terhadap para petani penggarap di lahan sementara dimaksud. Untuk itu dilakukan needs dan potencies assessment dengan mengangkat pertanyaan bagaimana kondisi fisik , sosial, dan spiritual para petani dimaksud. Penelititan ini bersifat, dan pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, wawancara dengan menggunakan instrumen, wawancara mendalam, focus group discussion serta observasi. Dengan harapan dapat ditemukan berbagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pemberdayaan yang berbasis pada ketahanan keluarga dengan arah alih usaha yang bersifat cepat menghasilkan. Atas dasar itu, direkomendasikan untuk (1) Tidak perlu ada pelarangan terhadap optimalisasi pemanfaatan lahan tidur sejenis; (2) Perlunya semacam penyuluhan yang memberikan rasa nyaman bagi para petani sebagai upaya antisipasi apabila sewaktu-waktu lahan yang sekarang dikelola akan dimanfaatkan oleh si pemilik lahan; (3) Membangun silaturahmi antar petani dengan masyarakat di sekitarnya sehingga kehadiran petani sayur ini dapat diterima dan saling mengambil manfaat dalam kehidupan sehari-hari; (4) Sebagai alternatif pemberdayaan, para petani ini perlu ditingkatkan ketrampilan wirausahanya. Keterampilan ini lebih bersifat ketrampilan yang mudah mendapatkan penghasilan (quick yielding). Jenis pekerjaan seperti berdagang sayur, berdagang kelontong, berdagang makanan ringan, jasa tambal ban serta ketrampilan yang dapat dipasarkan di jalanan akan mempermudah akses para petani apabila harus alih usaha. Alternatif lain adalah pulang ke kampung halaman dan kemudian membuka lembaran kerja baru yang sesuai dengan kondisi di daerah asal. Untuk yang terakhir ini, hendaknya perlu didukung dengan fasilitas yang memadai dari sejak biaya pemulangan hingga sebagai modal awal dalam usaha baru mereka.Selain itu, perlu adanya Kebijakan, program dan kegiatan yang dapat disentuh melalui terobosan di Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Keyword : pemberdayaan, petani penggarap, lahan sementara, quick yielding
ISSN:2089-0338
2502-7921